TEMPO.CO , Jakarta:Setelah menyidik kasus suap Wisma Atlet, Komisi Pemberantasan Korupsi kini menyelidiki pengadaan proyek yang berlokasi di Jakabaring, Palembang, Sumatera Selatan, itu. KPK telah memeriksa beberapa orang, salah satunya Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin. Saat diperiksa pada 4 April lalu, bakal calon Gubernur DKI Jakarta ini mengakui meminta agar desain proyek Wisma Atlet SEA Games berbiaya Rp 191 miliar itu diubah. Berikut ini petikan wawancara dengan Alex saat mengunjungi kantor Tempo Jumat 13 April 2012 lalu.
Kenapa Anda meminta desain Wisma Atlet diubah?
Ini persis seperti yang ditanyakan KPK. Dapat dari mana, sih? Banyak sekali suudzon di sini. Jadi, ini bermula saat rapat rutin kami di gelanggang dan ditunjukkan gambar. Saya menilai proyek ini tidak mungkin selesai karena terlalu konvensional. Saya lalu meminta dilakukan studi banding. Dari situ, ada yang bisa diterapkan, yakni beberapa bagian, misalnya kerangka beton diganti dengan kerangka baja. Tapi saya mengajukan syarat untuk perubahan itu, yakni bisa mempercepat selesainya proyek, karena waktunya tinggal 11 bulan. Dan tidak boleh lebih mahal!
Meski diubah, anggarannya tetap sama?
Lebih murah. Ini bisa menghemat Rp 5,1 miliar. Duit itu bisa dibelikan aksesori. Jadi, ada dua keuntungan dari perubahan itu. Pertama, cepat selesai. Kedua, lebih murah.
Bukankah muncul dugaan markup?
Itulah suudzon-nya. Setelah dituduh, tidak bisa dibuktikan. Staf saya bekerja siang-malam, padahal kami ini melaksanakan tugas negara. Perlu ditegaskan, saya bukan diperiksa. Saya memberikan keterangan (di KPK). Semua ini suudzon yang menyebut saya mendapat bagian dari markup ini. Kalau namanya markup, ada kerugian negara. Tapi kalau mendapat keuntungan negara, namanya apa? Proyek ini bisa lebih cepat selesai dan bisa mengangkat nama bangsa.
Anak buah Anda diduga tersangkut dalam kasus ini?
Ada yang terlibat tapi belum dibuktikan. Saya tidak bisa menjamin seluruh staf bersih. Tapi saya bisa menjamin diri saya bersih. Paling tidak, dengan pengawasan, kami bisa meminimalkan terjadinya hal itu. Saat pembangunan Wisma, selama 11 bulan sebanyak 8.000 pekerja dengan tiga shift bekerja siang dan malam. Saya pun sampai pindah kantor untuk mengawasi mereka. Saat kasus ini mengemuka dan dihajar media massa dan televisi, seluruh semangat pekerja terdegradasi. Kami terpaksa turun ke lapangan untuk membangkitkan semangat mereka.
Benarkah, sebelum El Idris (pegawai Duta Graha Indah) ditangkap, beberapa orang Duta sempat menemui Anda di salah satu hotel?
Ini kesempatan bagus untuk saya klarifikasi. Jadi, jangan ditulis miring lagi. Saya tidak kenal Rosa (Mindo Rosalina Manulang, pegawai PT Anak Negeri, terpidana suap Wisma Atlet). Saya tidak kenal El Idris. Saya tidak pernah ketemu, tidak pernah meminta, tidak pernah menerima. Nah, mau apa lagi? Dengan semua orang DGI (Duta Graha), dengan ratusan insinyurnya, saya berkumpul siang-malam membahas proyek Wisma. Itu pertemuan terbuka, bukan untuk berdua saja. Makanya, jangan percaya isu kalau tidak bisa dibuktikan.
MITRA TARIGAN
Baca Juga:
Berita Pilihan
Titanic 3D, Cina Cegah Penonton Sentuh Dada Kate
KFC Thailand Dikecam Gara-gara Komentar Soal Gempa
Skandal Ayah 600 Anak
Karena Transgender, Peraturan Miss Universe Diubah
Iran Percaya Diri Dengan Kekuatan Militernya
Ketahuan 'Jajan', Pengawal Obama Dipulangkan
Korea Utara Akui Kegagalan Roketnya
Ditangkap, Ejek FBI dengan Foto Payudara Pacar
Minta Tiga, Dikasih 56 Tato di Wajahnya
Penyerang Kantor Koran Denmark Disidangkan