TEMPO.CO, Jakarta -- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri sadar betul dengan mandeknya regenerasi politikus perempuan di Indonesia. Megawati pun menyampaikan kegundahan akan pengganti dirinya sebagai tokoh politikus nasional di masa mendatang.
Kegundahan itu disampaikan Mega saat berpidato pada peringatan Hari Kartini yang digelar PDI Perjuangan di gedung Manggala Wana Bhakti, Sabtu 21 April 2012. Di hadapan sekitar tiga ratus kader perempuan PDI Perjuangan, Mega menyampaikan kesedihannya karena belum menemukan sosok yang bisa menjadi penerusnya. Mega berharap, ada perempuan yang mampu menjadi penggantinya kelak.
"Saya sedih. Dari sekarang saya sangat berharap ada pengganti saya," kata Mega dalam pidatonya. "Dalam survei Golkar, saya disebut nomor satu. Tapi saya kan bukan di Golkar dan tidak ada artinya kalau saya cuma sendirian."
Mega sempat terdiam dan beberapa kali menyeka matanya. "Saya tidak bangga dengan hasil survei yang mengatakan saya selalu di atas bapak-bapak (survei calon presiden)," ujarnya. "Dan buat apa kalau saya kemudian hanya sendiri. Kalau saya tidak ada, bagaimana?"
Karena itu, Mega mengaku heran dengan minimnya politikus perempuan Indonesia yang tampil di tengah dominasi laki-laki saat ini. Padahal, secara kuantitas, jumlah perempuan di Indonesia saat ini sangat besar. "Berdasarkan statistik, jumlah perempuan itu mencapai enam puluh persen. Tapi kok yang keluar sebagai politikus sedikit. Kalau yang sebagai wanita karier saya tahu sangat banyak," ujarnya.
Mega pun mengimbau agar perempuan Indonesia terus meningkatkan kualitas dirinya. Dengan kemajuan teknologi saat ini, ia menambahkan, sangat mudah bagi perempuan untuk memperluas wawasan dan menjadikan dirinya setara dengan laki-laik. "Lah wong tinggal cari di Internet apa itu parlemen, apa yang harus dilakukan kalau jadi anggota DPR, tugas dan fungsinya apa, tinggal kemauan saja," ujarnya.
Tekad, semangat, dan kemauan yang kuat, menurut Mega, merupakan kunci bagi perempuan Indonesia untuk maju dan menyejajarkan diri dengan laki-laki. "Dulu itu kita punya Kartini, punya Cut Nyak Dien. Bayangkan, Cut Nyak Dien di Aceh yang budaya Islam-nya masih kuat saja bisa jadi pemimpin waktu itu. Sampai matanya buta, dia masih terus berjuang melawan penjajah. Sekarang mana semangat seperti itu?" kata Mega.
FEBRIYAN
Berita terkait
Megawati: Bukan Puan, Wanita Lain pengganti Saya
Taufiq Kiemas: Presiden 2014 Haknya Orang Muda
Megawati Kritik Kader Pria PDIP
Kader Tak Didukung Suami, Mega Tantang Boikot
Megawati Kritik Kader Pria PDIP
Kader Tak Didukung Suami, Mega Tantang Boikot
Mega: Kader PDIP Dilarang Tamak Kekuasaan
Taufiq Kiemas: Kenapa Mega Begini?
Taufiq Kiemas ; Saya Tak Bangga dengan Mega