TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono menjelaskan alasan partainya tidak menggelar konvensi dalam menentukan calon presiden. Menurut dia, konvensi yang pernah digelar Partai Golkar saat menentukan calon presiden penuh dengan politik uang.
Selain itu, penyelenggaraan konvensi juga menyebabkan perpecahan di tingkat pengurus. Mereka, kata Agung, terkotak-kotak, ada permainan di belakang layar yang negatif dan jauh dari semangat konvensi. "Money politic-nya enggak tahan, parah sekali. Gila-gilaan! Makanya kami tidak pakai lagi konvensi," kata Agung di kantor Presiden, Selasa, 24 April 2012.
Sebagai gantinya, menurut Agung, rencananya akan menggunakan hasil survei untuk memutuskan calon presiden. "Cara ini akan dikukuhkan dalam rapimnasus (rapat pimpinan nasional khusus)," kata dia. Agung tak menjelaskan bagaimana bentuk politik uang di partainya, sehingga dia merasa prihatin.
Yang jelas, ketika Pemilu 2004, partai ini mengusung Wiranto sebagai calon presiden. Pada Pemilu 2009, Golkar mengusung Jusuf Kalla, tanpa konvensi. Agung membantah bahwa survei malah melanggar tradisi Golkar. "Kalau lebih bagus survei, ya pakai survei, karena konvensi menimbulkan money politic-nya. Ngajarin yang tidak benar ke bawah, tidak usah deh," kata dia.
Sistem survei, agar menghasilkan representasi pilihan yang obyektif, akan menggunakan lebih dari satu lembaga survei. Survei ini bersifat nasional dan mencakup kader-kader partai lainnya sebagai calon presiden. Artinya, tidak hanya Ketua Umum Aburizal Bakrie sebagai kandidat.
Agung tidak mengkhawatirkan jika kelak hasil survei membuat Ical, panggilan Aburizal Bakrie, tersingkir atau tidak otomatis menempati posisi pertama. "Saya belum tahu finalnya, yang saya dengar dari sekjen, ketua-ketua, Ical selama ini mendapat dukungan tertinggi," kata dia.
Rapat pimpinan khusus akan diselenggarakan pada 9 Juli.
ARYANI KRISTANTI