TEMPO.CO, Jakarta - Petrus Susaptadi, 45 tahun, masih mengingat dengan jelas permintaan istrinya, Maria Marcella, 46 tahun. “Dia ingin nyekar ke makam ayahnya di Solo,” kata Petrus saat ditemui oleh Tempo, Jumat, 11 Mei 2012.
Maria, atau yang akrab dipanggil Selly, merupakan salah satu dari 45 penumpang Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Rabu, 9 Mei 2012. “Dua hari berturut-turut sebelum kejadian, ia menyatakan permintaan yang sama,” ucap Petrus.
Selly merupakan koordinator pramugari Sky Aviation, operator penerbangan berjadwal di Indonesia. “Sudah dua tahun ia bekerja di Sky Aviation,” Petrus menjelaskan.
Pria paruh baya ini tampak tenang menjelaskan rentetan peristiwa sebelum istrinya naik ke dalam Sukhoi nahas itu. “Sebetulnya dia tak perlu naik pesawat itu karena bukan tugasnya,” kata Petrus. Apalagi Selly tak bercerita bahwa ia akan ikut dalam penerbangan kedua joy flight tersebut.
Pagi itu, Petrus memang mengantarkan Selly ke Bandara Halim Perdanakusuma. “Mobil memang saya tinggal di bandara,” kata Petrus. Dari Halim, Petrus melanjutkan perjalanannya dengan KRL menuju kantornya.
Pukul 11.00 WIB, Selly menelepon untuk memberitahukan bahwa ia tak perlu dijemput. “Enggak usah jemput saya, nanti ketemu saja di Stasiun Pamulang,” ucap Petrus menirukan istrinya. Siang itu, Selly memilih pulang sendiri bersama temannya yang bisa menyetir sampai Stasiun Pamulang.
Hubungan telepon antara Didit dan Selly itu merupakan kontak terakhir sebelum Sukhoi Superjet 100 itu dikabarkan hilang dari radar pada pukul 14.33 WIB. Didit yang tidak mengetahui bahwa istrinya ikut serta dalam rombongan mengaku kaget. “Saya baru tahu kalau dia ikut dalam rombongan dari keponakan saya,” ucapnya.
Ia pun melakukan pengecekan ke pihak Sky Aviation terkait kabar tersebut. “Ternyata dia memang ikut rombongan karena banyak bangku pesawat yang kosong dalam joy flight kedua,” katanya.
Kedua anak Selly: Bella, 12 tahun, dan Billy, 5 tahun, hingga kini masih menanti kepulangan ibu mereka. “Bella sudah bisa mengerti, tapi tidak dengan Billy. Ia masih berharap mamanya pulang,” ucap Petrus.
Petrus sendiri mengaku kecewa karena semenjak hari pertama pencarian pesawat, evakuasi terkesan lamban. “Saya percaya mereka kerja keras, tapi seharusnya tim SAR bisa melengkapi diri dengan berbagai peralatan, apalagi peristiwa ini mendapat perhatian besar dari pemerintah,” ujarnya.
Hingga kini, Petrus dan keluarga masih menanti kabar apa pun dari tim SAR. Dia masih ingin mewujudkan permintaan Selly untuk berziarah ke makam ayahnya di Solo, bulan Juni nanti.
SUBKHAN
Berita terkait
Tim SAR Temukan 12 Jenazah Korban Sukhoi
Keluarga Korban Sukhoi Histeris Nonton Evakuasi
KTP, Paspor, dan Laptop Korban Sukhoi Ditemukan
15 Warga Gunung Salak Diikutkan Evakuasi Sukhoi
Jalan Menuju Evakuasi Korban Shukoi Macet