TEMPO.CO , Purwokerto - Sekitar 60 orang dari beberapa kelompok pemerhati lingkungan membentangkan spanduk berisi imbauan "Biarkan Burung Bebas di Alam di Bendung Gerak Serayu" dan membagikan ratusan stiker, Ahad, 27 Mei 2012. Aksi yang dikoordinasi oleh Biodiversity Society ini berkaitan dengan kampanye penyelamatan lingkungan di kawasan Sungai Serayu yang menjadi jalur migrasi burung. Tepatnya sebagai bagian dari World Migratory Bird Day yang dilaksanakan di berbagai negara di dunia serentak di bulan Mei 2012 ini.
“Kampanye kami lakukan untuk menggugah kesadaran masyarakat agar jangan menangkap burung dan biarkan burung bebas di alam liar,” kata koordinator aksi, Dini Hadiyuni Siwi, di Bendung Gerak Serayu. Sungai Serayu merupakan tempat persinggahan burung migran tiap tahunnya dari Eropa Timur.
Dini mengatakan sasaran aksi ini adalah para wisatawan yang berkunjung di Bendung Gerak Serayu dan masyarakat sekitar bendungan. “Kami prihatin atas maraknya hobi memelihara burung dalam sangkar. Karena burung-burung itu didapatkan dari tangkapan di alam liar, hobi ini sangat mengancam kelestarian burung di habitat aslinya,” kata Dini yang saat ini masih kuliah di Fakultas Biologi Unsoed.
Dalam aksi tersebut ikut berpartisipasi Komunitas Sepeda Tua Indonesia (KOSTI) Banyumas. Mereka datang untuk mendukung upaya pelestarian burung di alam liar. Dengan senang hati mereka memasang stiker berisi imbauan “Biarkan burung bebas di alam” di sepeda masing-masing. “Kami akan selalu mendukung setiap aksi yang bermanfaat positif terhadap pelestarian lingkungan. Kami juga senang jika burung-burung tetap lestari di alam,” kata Adhi Suroso, koordinator KOSTI Banyumas.
Selama aksi berlangsung, banyak pengunjung yang tertarik untuk ikut mengamati burung melalui teropong yang sudah disiapkan. Bahkan Sunarno, 58 tahun, terheran-heran ketika dijelaskan tentang burung yang bermigrasi dari daratan Cina menuju Indonesia. Kebetulan saat aksi berlangsung terdapat burung layang-layang api yang sedang bertengger di persawahan di pinggir Sungai Serayu. “Burung sekecil itu terbang dari Cina ke sini? Kok kuat ya?” ujarnya keheranan sambil terus mengintip burung tersebut dari lensa monokuler.
Sepanjang pengamatan dari pagi hingga tengah hari tersebut teramati 21 jenis burung yang terekam oleh para peserta aksi. Jenis-jenis tersebut antara lain alap-alap sapi dan raja udang biru yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990.
Di Indonesia sendiri kegiatan World Migration Bird Day dilaksanakan di 12 kota, yaitu Banda Aceh, Medan, Riau, Palembang, Jakarta, Purwokerto, Jogjakarta, Gunung Kidul, Semarang, Surabaya, Bali, Ketapang. Aksi ini dikoordinasi oleh Burung Nusantara, jaringan pengamat burung se-Indonesia.
ARIS ANDRIANTO