TEMPO.CO, Jakarta - Tim DVI atau Disaster Victim Committee yang bertugas mengidentifikasi korban tragedi kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 ternyata tidak hanya mengenali korban melalui DNA atau Deoxyribonucleic Acid korban.
Para anggota DVI yang terdiri dari tim forensik kepolisian dan dokter-dokter forensik dari berbagai universitas di Indonesia juga mengurus barang-barang korban. Para dokter forensik ini ternyata tidak hanya mengotopsi para jenazah, namun juga mengidentifikasi melalui barang dan pakaian korban. (Baca: Tim DVI Indonesia Lebih Dikenal di Luar Negeri?)
Untuk mengenali identitas korban, tim DVI harus bekerja ekstra keras. Mereka rela mencuci pakaian korban sebersih mungkin agar dapat dikenali dan tidak tertukar. Salah seorang korban pesawat nahas itu, seorang warga negara Rusia, justru bisa dikenali karena celana dalam bergambar macan yang dicuci hingga bersih.
“Kalau malas mencuci, pakaian yang mestinya biru bisa tercatat hitam,” kata salah seorang dokter forensik kecelakaan Sukhoi, Summy Hastry Purwanti, akhir Mei 2012.
Tentu yang paling utama dari pekerjaan mereka adalah mengembalikan tubuh korban dengan sesempurna mungkin. Ada kalanya mereka harus berdebat antarsesama anggota tim.
Kelelahan membuat pengumpulan bukti dan pencatatan data tidak optimal. “Ada rekan yang lupa menulis perlengkapan yang dipakai korban dan tidak jelas penomorannya,” kata Summy. Akibatnya, kerja tim terpaksa diulang agar identifikasi tidak tertukar.
Meski melelahkan, pekerjaan identifikasi Sukhoi sukses besar. Mereka berhasil mengidentifikasi seluruh korban tewas.
NININ DAMAYANTI | BERNADA RURIT | MITRA TARIGAN
Berita Lainnya:
Tim DVI Indonesia Lebih Dikenal di Luar Negeri?
Bentrok Fans Persija Vs Persib, 7 Jadi Tersangka
MUI: Penyatuan Zona Waktu, Bingung Waktu Salat
Akankah Italia Jadi Juara Euro 2012?
Gara-gara Facebook, Banyak Anak Kabur dari Rumah?
Perbandingan Makam Sunan Gunung Jati dan Borobudur