TEMPO.CO , Jakarta--Jantung pemberantasan korupsi negeri ini sejatinya berada di lantai tujuh dan delapan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi. Lantai tujuh untuk bagian penyelidikan, sedangkan di atasnya menjadi markas tim penyidik. Di dua lantai ini, para saksi dan pelaku korupsi diperiksa.
Nyatanya, dua lantai itu tak ubahnya gudang penyimpanan. Seorang karyawan lembaga itu bercerita, bundelan berita acara pemeriksaan memenuhi kedua lantai. Bahkan selasar pun dipenuhi bundelan setinggi satu meter. "Untuk melangkah saja kadang susah," katanya.
Keterbatasan ruangan mengganggu kinerja tim KPK. Terkadang para saksi dan tersangka harus antre. Jika terlalu banyak yang diperiksa, petugas KPK harus menyulap ruang kosong di basement menjadi tempat pemeriksaan. Padahal lantai bawah tanah ini sehari-hari menjadi ruang parkir pejabat KPK.
Di situ pula ruang tahanan perempuan dibangun. Meringkuk di sana, tersangka suap kasus Wisma Atlet Angelina Sondakh, tersangka suap cek pelawat Miranda Swaray Goeltom, dan tersangka pengadaan pembangkit listrik Neneng Sri Wahyuni. Juga terpidana kasus Wisma Atlet, Mindo Rosalina Manulang.
Sulap-menyulap ruangan juga terjadi di lantai sembilan, tempat latihan tembak petugas KPK. Tak terdengar lagi "dar-der-dor" di lantai ini karena sudah berubah menjadi penjara pria. Bupati Buol Amran Batalipu menjadi salah satu penghuni.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, yang diperiksa dalam kasus Pekan Olahraga Nasional Riau, Jumat pekan lalu, ikut mengalami sesaknya gedung KPK. "Kanan-kiri saya penuh dokumen," ujar politikus Golkar ini. Agung takut kalau-kalau, katakanlah, terjadi kebakaran. "Sempit begitu, mau lari ke mana kita?"
KPK sudah meminta Rp 200 miliar untuk membangun gedung. Tapi Komisi Hukum DPR tak beriktikad memenuhi kebutuhan itu. Sejumlah aktivis antikorupsi akhirnya membentuk Koalisi Saweran KPK dan hampir tiga pekan bermarkas di depan tangga depan gedung KPK. Hingga kemarin, sumbangan mencapai Rp 225 juta. Para karyawan KPK tak ketinggalan. Di setiap ruangan dipasang stoples untuk menggalang koin logam. "Ini murni inisiatif pegawai," kata Ketua Wadah Pegawai KPK, Nanang Faridsyam.
TRI SUHARMAN | ANANDA BADUDU
Berita populer:
Ini Kunci Keunggulan ''Sementara'' Jokowi
Putaran Kedua, Jokowi-Basuki Diprediksi Menang
Ini Rahasia Kemenangan Jokowi
Gara-gara Kaleng Pepsi Ronaldinho Diputus Coca Cola
Foke Tidak Angkat Telepon dari Jokowi?
Lonceng Gereja yang Menganggu Manchester City