TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian terbaru menyatakan, mengenalkan binatang kepada anak autisme dapat membantu kemampuan sosial anak itu menjadi lebih baik.
Penelitian yang dilakukan di Prancis ini untuk pertama kalinya menemukan bukti yang kuat bahwa binatang dapat meningkatkan kemampuan sosial anak autis. Padahal selama ini hal itu hanya digembar-gemborkan para terapis kesehatan sebagai anekdot sejak puluhan tahun yang lalu.
"Kami mendengar langsung dari orang tua anak autis yang memiliki binatang bahwa binatang peliharaan mereka dapat membantu anak meningkatkan kemampuan sosialnya," kata Alicia Halladay, direktur peneliti di Lembaga Autisme Berbicara. "Penelitian memberikan sebuah bukti nyata yang mengkonfirmasi ucapan orang tua sejak bertahun-tahun yang lalu."
Penelitian ini diterbitkan dalam sebuah jurnal yang disebut PLoS One pada Rabu, 1 Agustus 2012. Permasalahan komunikasi adalah salah satu tanda seorang anak menderita autisme. Satu-satunya cara menyembuhkan autisme adalah dengan melawan masalah utamanya melalui terapi kesulitan berkomunikasi.
Menurut Halladay, beberapa orang yang menderita autisme yang menggunakan bantuan binatang peliharaan, seperti anjing, biasanya hanya untuk membantu mengatasi beberapa permasalahan, misalnya pada penderita yang kehilangan koordinasi motorik atau kehilangan pendengaran. Namun, hingga saat ini, belum ada penggunaan binatang peliharaan untuk membantu meningkatkan kemampuan sosial.
Penelitian sebelumnya telah memverifikasi bahwa memiliki hewan peliharaan di rumah dapat meningkatkan ikatan keluarga dan meningkatkan kemampuan sosial anak tanpa autisme sekalipun. Hal ini karena anak diajari untuk berbagi dengan hewan peliharaan, dan hal ini sebagai bagian dari perawatan hewan.
Guna melihat efek pemeliharaan binatang pada anak dengan autisme, para peneliti membagi pantauan terhadap hewan peliharaan dalam tiga kategori. Yaitu, rumah tangga yang tidak pernah memiliki hewan peliharaan, rumah tangga yang memiliki hewan peliharaan sejak anak lahir, dan rumah tangga yang memiliki hewan peliharaan ketika anak berusia 5 tahun.
Dalam penelitian ini, total ada 260 individu dengan autisme yang terlibat. Yang paling menarik dari hasil penelitian ini adalah gangguan sosial terjadi pada puncaknya ketika anak berusia 4 atau 5 tahun. Selain itu, dari 36 hasil pantauan terhadap individu yang memiliki hewan peliharaan sejak lahir, didapatkan dua kesimpulan. Golongan ini lebih mudah berinteraksi dan memiliki kenyamanan berinteraksi dibandingkan yang tidak memiliki binatang peliharaan.
Meski begitu, binatang peliharaan tidak memiliki hubungan dengan tingkat intelijensi masing-masing individu dengan autisme. Menurut peneliti lainnya, Marine Grandgeorge, hewan hanya dapat membantu anak meningkatkan perilaku sosialnya dengan bertindak sebagai pemecah perhatian (distractor).
"Ketika manusia berada dalam keadaan stres, hewan peliharaan dapat mengalihkan perhatiannya, terutama dari rangsangan utama perhatian," kata Grandgeorge.
Kemungkinan lain, menurut spesialis autisme dari Academic Hospital of Brest Prancis ini, adalah hewan peliharaan dapat membantu anak menafsirkan sinyal komunikasi dan isyarat yang memungkinkan anak menyesuaikan perilakunya.
Kesimpulan utama Grandgeorge dengan adanya penelitian ini adalah hewan peliharaan mampu memberikan efek kohesi atau ikatan yang kuat dalam keluarga. "Sebagian besar keluarga yang memiliki hewan peliharaan memiliki kuantitas dan kualitas waktu yang dapat dihabiskan bersama. Suasana ini tentunya memiliki efek positif bagi anak dengan autisme," ujar Grandgeorge.
CHETA NILAWATY | HEALTHDAY NEWS
Berita Populer:
Mas Broto, Angie Minta Dibelikan Baju Lebaran
Buka Bersama, Sutarman dan Abraham Samad ''Mesra''
Selesaikan Soal Bepe Secara Baik
Wawancara Tempo dengan Hartati Murdaya
Hartati Tersangka, Begini Komentar Istana
5 Tempat Belanja Terbaik di Toronto