TEMPO.CO, Seoul - Jelajah Museum di Korea Selatan berlanjut. Museum kedua yang saya kunjungi tiga pekan lalu, 4 Agustus 2012, adalah No Gun Ri Peace Memorial. Tempat ini adalah pengingat tragedi penembakan masyarakat sipil yang terjadi 25 Juni 1950. Kala itu pengungsi yang dikawal tentara Amerika Serikat justru ditembaki para tentara muda asal Negeri Abang Sam.
"Alasan penembakan diduga karena kurangnya koordinasi dan tentara yang dikirim masih remaja," ujar Ketua Tim Peneliti di No Gun Ri Peace Memorial, Hyeyeon Kim.
Usia para baret hijau itu berkisar 17-18 tahun. Mereka adalah tentara yang belum pernah terjun ke medan perang. Sekali terjun, ia melanjutkan, tentara tersebut langsung ditugasi mengawasi pengungsi dengan dugaan ada penyusupan tentara dari Korea Utara.
Sehingga, Kim melanjutkan, penduduk yang seharusnya dilindungi, justru ditembaki selama empat jam ketika berlindung di kanal kembar sepanjang enam meter dengan lebar dua meter. Kanal yang satunya jalan dan sisi lainnya adalah sungai itu menjadi barak perlindungan sekitar 400 penduduk. Tembakan datang dari dua sisi dan menyisakan saksi bisu, bekas pelor yang menghunjam dinding.
Kanal tersebut masih utuh dan masih dipergunakan sebagai jalan penduduk. Letaknya di seberang Museum. Bekas-bekas peluru yang sudah teridentifikasi ditandai dengan lingkaran putih. Adapun tanda segitiga putih menunjukkan masih belum jelas apa saksi bisu di dinding dua kanal tersebut.
Tragedi No Gun Ri sebelumnya tidak diakui Amerika Serikat maupun Korea Selatan sebagai kejahatan perang. Hingga akhirnya, muncul sebuah tulisan panjang dari wartawan Associated Press yang dimuat September 1999. Semenjak publikasi itu, kasus ini mendapat perhatian dua belah pihak dengan terbentuknya dua tim pencari fakta yang terpisah.
Hasilnya, Amerika bersedia mengaku terjadi kesalahan dan menyiapkan ganti rugi bagi sekitar 150 korban meninggal yang diakui. Tapi yayasan yang menampung para korban, menolak ganti rugi, karena bukan itu yang mereka cari, melainkan pengakuan dan permintaan maaf. Presiden Amerika Bill Clinton secara khusus memohon maaf.
Kini sebagai pengingat tragedi berdarah dibangunlah Museum, taman, dan sejumlah acara perdamaian antarbangsa di gelar di No Gun Ri Park. Sebuah film berjudul A Little Pond juga didedikasikan untuk tragedi ini.
Museum di Korea, adalah tempat yang menarik untuk dikunjungi. Tak sekedar griya dengan barang-barang usang dan cerita pengingat masa lalu. Ciri yang menonjol adalah penggunaan multimedia. Teknologi yang diterapkan pada dua museum, membuat pengunjung bisa berinteraksi dengan sejarah.
Di No Gun Ri ada diorama yang menggambarkan kondisi kejadian 62 tahun silam. Diorama itu semakin nyata karena dilengkapi dengan alur gerakan pengungsi menuju kanal kembar sebelum ditembaki tentara dari dua sisi.
Lalu ada pula kisah para korban selamat yang muncul dalam film dokumenter. Museum ini pandai menampilkan tragedi sehingga berkesan menjadi pembelajaran. Nama-nama korban ditempel di dinding ruangan yang diterangi permainan cahaya kunang-kunang dengan malaikat. Memasuki ruangan para korban, pengunjung, terutama anak-anak, pasti akan suka dengan cahaya yang menyeruak di ruangan.
Meski lokasinya dekat dengan Gwangju, di luar kota Seoul, museum ini layak untuk disambangi. Selain tempat sejarah, ada taman yang dihiasi dengan patung-patung simbol perdamaian. Di sampingnya, ada monumen yang membelakangi perkebunan penduduk.
DIANING SARI
Berita lain:
Jelajah Museum di Korea, Seodaemun Prison