TEMPO.CO, Jakarta-Muchsin Sanny Permadi, terduga teroris yang tewas dalam baku tembak dengan anggota Detasemen Khusus 88 di Solo, meninggalkan surat perpisahan dengan keluarganya. Surat ditulis sebelum dia berangkat kembali ke Solo usai libur lebaran pada 25 Agustus lalu.
"Muchsin menulis surat itu untuk orang tuanya," kata Muslim Sanni Assdiqie, ayah Muchsin, saat ditemui di kediamannya di Condet, Jakarta Timur, Senin 3 Agustus 2012.
Kata-kata perpisahan tersebut ditulis dalam sebuah buku tulis tepat di halaman tengah. Buku itu sendiri terlihat masih baru dan tidak ada tulisan lainnya selain kalimat perpisahan dan ucapan terima kasih Muchsin untuk Muslim.
"Sebelumnya aku minta maaf kalau dalam keseharian aku punya salah sama bapak dan aku juga minta maaf gak bisa bantu bapak di rumah lagi. Aku sangat berterima kasih sama bapak," kata Muchsin dalam suratnya.
Muslim mengatakan, surat ditemukan oleh istrinya, Yatmi, yang merupakan ibu tiri Muchsin. Setelah menemukan surat tersebut, Yatmi kemudian menyampaikannya kepada Muslim.
Muslim menjelaskan saat membaca surat tersebut, ia tidak menyadari sama sekali bahwa surat tersebut merupakan sebuah kata perpisahan. Ia juga tidak curiga bahwa surat tersebut menandakan Muchsin yang dikenali identitasnya di Rumah Sakit Polri Senin siang tadi itu akan melakukan tindakan yang membahayakan jiwa.
Muslim menjelaskan bahwa Muchsin berpamitan kepada orang tuanya kembali ke Solo untuk bekerja di sektor perikanan dengan kenalannya. "Sekali pun mati, anak saya mati syahid," kata Muslim dengan raut wajah tegar tanpa sedikit pun air mata.
Tim Densus 88 menyergap Muchsin dan seorang lainnya, Farhan, di Jalan Veteran, Solo, Jawa Tengah, Jumat lalu. Setelah terjadi adu tembak, keduanya dan seorang anggota Densus 88 tewas.
RAFIKA AULIA