TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo B. Sulisto meminta agar infrastruktur dan birokrasi di Indonesia segera diperbaiki. Perbaikan itu agar peringkat daya saing Indonesia tidak semakin turun.
Dia mengaku prihatin dengan turunnya ranking Indonesia dalam peringkat daya saing versi World Economic Forum 2012-2013 menjadi di posisi 50, dari peringkat 46 pada tahun sebelumnya.
"Sisi infrastruktur dan birokrasi dianggap masih mengganggu kelancaran upaya investasi," kata Suryo di sela-sela Rapat Kerja Nasional Investasi dan Perhubungan 2012 Kadin Indonesia di Hotel Borobudur, Selasa, 11 September 2012.
Suryo mengatakan, hal-hal tersebut tidak bisa dianggap sepele karena saat ini Indonesia menjadi perhatian dunia. Menurut dia, turunnya peringkat Indonesia tidak serta-merta menggambarkan penurunan investasi.
Namun, menurut dia, Indonesia harus tetap melakukan perbaikan untuk mencegah terjadinya penurunan investasi. Pemerintah harus memacu pembangunan infrastruktur agar investor asing tertarik untuk menanamkan modal di Indonesia.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Investasi dan Perhubungan Peter F. Gontha menyatakan Indonesia memiliki banyak kelebihan. Ia menyebut sumber daya alam yang melimpah, jumlah penduduk yang besar, pertumbuhan ekonomi tinggi, serta stabilitas politik sebagai kelebihan Indonesia. Namun, ia masih memandang Indonesia rentan.
Peter menjelaskan, pemerintah harus bekerja keras dalam menghadapi kompetisi global menyambut liberalisasi ASEAN pada 2015. Menurut dia, efisiensi akan menjadi dasar keberhasilan perekonomian Indonesia. "Bagaimana Indonesia bisa menjadi negara industri kalau konsumsi baja besi masih 5 kilogram per kapita?" kata Peter.
Padahal, menurut Peter, untuk menjadi sebuah negara industri diperlukan konsumsi baja besi setidaknya 500 kilogram per kapita. Sedangkan konsumsi plastik Indonesia sampai saat ini 4 kilogram per kapita. Peter pun membandingkan konsumsi plastik oleh Jepang.
Ia menuturkan, konsumsi plastik Jepang mencapai 48 kilogram per kapita. "Sekarang teknologi menjadi ujung tombak negara industri," ujar Peter.
Sedangkan pendidikan masyarakat disebut Peter sebagai bagian dari infrastruktur. Peter mengatakan Indonesia harus siap mencari pendanaan untuk membangun infrastruktur yang dapat menghubungkan semua wilayah, termasuk pelosok Tanah Air.
MARIA YUNIAR
Terpopuler:
Garuda Indonesia Terpilih Sebagai Maskapai Terbaik
Kota Boros Siap-siap Pakai BBM Non subsidi
JORR Belum Nyambung, Tol Dalam Kota Overload
Setelah Malaysia, Lion Air Bidik Negara Lain
Telkom Pasang 1.000 Jaringan Wifi di Banyuwangi
Kenaikan Tarif Listrik Diputuskan 17 September