TEMPO.CO, Morotai-Waktu masih menunjukkan pukul 08.30 saat terik matahari Morotai menyambut kami di Pelabuhan Daruba. Keindahan pulau berjuluk 'Mutiara di Bibir Pasifik' ini menguatkan kembali tungkai kaki kami yang lemas setelah menyeberang dari Tobello.
Pelabuhan Daruba, meski bentuknya sangat sederhana, dengan dermaga-dermaga kayu, cantik sekali dengan pasir putihnya yang bersih. Di sinilah tak kurang puluhan kapal berbagai jenis telah tertambat untuk menyemarakkan International Sail Morotai 2012.
Acara puncak Sail Morotai akan digelar 15 September 2012 dan rencananya akan dihadiri Presiden SBY. Sebanyak 146 kapal, mulai jenis yacht hingga kapal perang, nantinya akan berhimpun di satu pulau di Provinsi Maluku Utara ini.
Baca Juga:
Pulau Morotai juga sering disebut "Pulau Kenangan" karena sejarahnya. Morotai, yang merupakan salah satu pulau terluar Indonesia yang langsung berhadapan dengan Samudera Pasifik dan berbatasan dengan Filipina itu, pernah menjadi pangkalan militer tentara Jepang. Namun kemudian diambil alih Sekutu pada Perang Dunia II.
Sampai saat ini, banyak sisa peninggalan Perang Dunia II di Pulau Morotai. Puing-puing pesawat tempur, bangkai kapal perang, rongsokan tank hingga bungker tempat persembunyian tentara Sekutu masih bisa ditemui di pulau ini. Tak hanya di darat, bangkai-bangkai kapal maupun pesawat tempur itu juga tersebar di perairan Morotai yang dapat dijelajahi di 25 titik penyelaman.
Selama gelaran Sail Morotai, sedikitnya 100 veteran Perang Dunia II dari Jepang, Filipina, Selandia Baru, Belanda, Australia, dan Amerika Serikat akan turut hadir dan bernostalgia. Mereka dipastikan bakal berkerumun di lokasi underwater wreck paling terkenal di sana, yakni bangkai pesawat Bristol Bueford di kedalaman 40 meter di Lapangan Pante, selatan Morotai, dekat Desa Wama.
Persiapan pemerintah setempat menggelar Sail Morotai cukup terasa. Di Pelabuhan Daruba, sebuah spanduk bertuliskan "Sukseskan Sail Morotai 2012" jelas terpampang menyambut siapa pun yang tiba. Keluar area pelabuhan, spanduk dengan tulisan yang sama terpampang lebih banyak lagi. Ratusan umbul-umbul berwarna-warni juga turut menyemarakkan suasana.
Tak hanya memiliki keindahan alam dan potensi laut yang luar biasa sebagai penghasil ikan tuna, Wakil Bupati Pulau Morotai Wenny R Paraisu juga membanggakan warga Morotai yang disebutnya berhati damai. "Morotai memang panas, tapi hati orang Morotai sejuk selalu," ujar Wenny.
Ia tak berlebihan. Sejak tiba di pelabuhan hingga di jalan-jalan kota, senyum lebar penduduk Morotai telah akrab menyambut kami.
PINGIT ARIA
Berita Terpopuler
Paket Wisata ke Yogyakarta Dinilai Masih Mahal
Sopir Bus dan Taksi Malang Belajar Bahasa Inggris
Rumah Sakit Terapung Indonesia Singgah di Ternate
Benteng Ini Berbentuk Mirip Kelamin Pria
Pekan Nasional Cinta Sejarah Digelar di Kupang
Kawasan Mandalika Didesak Segera Dibangun