TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 400 orang yang tergabung dalam Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) menggelar pertemuan ilmiah nasional ke-41 di Hotel Melia Purosani Yogyakarta pada 17 sampai 22 September 2012.
Dalam pertemuan yang dibuka Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X itu, sebanyak 190 orang mempresentasikan makalah perkembangan geologi terkini serta persoalan yang dihadapi.
Ketua Umum IAGI, Rovicky Dwi Putro Hari, mengatakan pertemuan ilmiah ini berkaitan dengan program kerja IAGI untuk fokus kepada program ekstrasi, mitigasi, dan konservasi guna mengembangkan sumber daya alam Indonesia Timur.
Disebutkan bahwa pengembangan Indonesia timur terkendala minimnya data geologi. Padahal, ahli geologi tidak bisa bekerja tanpa data. "Yang jadi persoalan data ini sekarang seperti, ada enggak, kemudian aksesnya bagaimana?" kata dia pada Senin malam, 17 September 2012 di sela pembukaan acara.
Akses data geologi dalam undang-undang di Indonesia terlalu di sakralkan. Seharusnya data bisa terbuka untuk publik dan bukannya hanya milik pengusaha eksplorasi saja. Data yang di maksud di sini antara lain data sumur, pengeboran sumur seismik dan lainnya sebagainya. Data itu diperlukan guna pengembangan potensi sumber daya alam. Sayangnya, semua data itu masih menjadi komoditas bisnis yang mahal.
Seharusnya, kata Rovicky, data menjadi komoditas sains yang bisa diakses perguruan tinggi. Ia berharap akses data dipermudah biar lebih banyak kesimpulan yang diperoleh.
Kepala BP Migas, R. Priyono, yang hadir menyatakan persoalan minimnya data geologi serta kurangnya pengelolaan data. Semestinya data dikelola dengan baik. Publik pun memiliki hak untuk mengakses data dengan tujuan pemanfaatan sumber daya alam dengan baik.
Keterbukaan data geologi menjadi bagian penting untuk menemukan cadangan minyak dan gas bumi. Yang terjadi sekarang bukan pengelolaan sumber daya alam, melainkan pengurasan sumber daya alam. Pertemuan ilmiah diharapkan bisa ada kesimpulan yang berguna memberi masukan kepada pemerintah untuk pemanfaatan sumber daya alam yang lebih baik.
Di lain pihak, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, R. Sukyar, menyoroti kondisi geologi Indonesia saat ini, terutama formasi batuan yang berbentuk halus atau lempung sudah sangat mengancam karena bersifat labil bila terekspos udara dan air.
''Formasi batuan yang berbentuk lempung pada musim hujan akan mengembang dan musim kering mengerut. Apabila musim hujan hal ini bisa membahayakan. Karena itu, bidang civil engineering harus tahu kondisi tersebut,''kata dia.
Sukyar yang membawakan workshop dengan tema "Optimalisasi Pemetaan Geologi" mengatakan formasi batuan seperti itu ada di seluruh Indonesia. Dengan demikian, pemahaman mengenai formasi batuan lempung, terutama di sisi hilir, harus diketahui para pengembang atau perusahaan eksplorasi.
Pada tahun ini Badan Geologi akan menerbitkan peta geologi teknik Indonesia. Peta tersebut berisi informasi sifat batuan. ''Pada prinsipnya tidak ada infrastruktur yang tidak bisa dibangun di bumi ini. Namun, kami berharap jangan sampai para pengembang itu membangun konstruksi di lokasi dengan formasi batuan lempung," kata dia.
PRIBADI WICAKSONO
Berita lain:
Pre-Order iPhone 5 Tembus 2 Juta dalam 24 Jam
Google Ternyata Pernah Menyewakan Kambing
Hantu Lokal Dreadout Nampang di ICT Award 2012
Hari Ini, Komponis Jerman Clara Schumann di Google
Yahoo Segera Kantongi Dana Segar Untuk Ekspansi