TEMPO.CO , Depok:Anak-anak punk jalanan menjadikan Depok sebagai kota favorit tujuan mereka. “Di sini sih is the best,” kata Muhammad Sanusi, 20 tahun, anak punk yang mengaku sebagai koordinator teman-temannya, di Sekolah Masjid Terminal, Depok, Rabu, 19 September 2012.
Menurut Sanusi, Depok masih aman bagi aktivitas mereka. Terlebih dengan adanya sekolah Master yang menyediakan semua fasilitas bagi mereka. "Fasilitasnya komplet. Ada studio musik, lapangan bola, dan yang mau sekolah silakan," kata warga asli Bogor ini.
Sanusi sangat berterima kasih kepada pengurus sekaligus pendiri sekolah Master, Nurrohim. "Dia mah yang terbaik bagi anak jalanan,” katanya. Bagi Sanusi, Arrohim sama dengan arti namanya dalam bahasa Arab. "Arrohim itu penyayang."
Menurut Sanusi, Nurrohim selalu memberikan dukungan kepada anak punk dan jalanan supaya tidak ada yang patah semangat. Hal itu membuat Sanusi peduli terhadap temannya yang lain. "Ada banyak anak punk yang saya bawa ke sini," kata dia.
Sanusi mengaku mengajak beberapa temannya dari Cirebon, Banjarmasin, Bekasi, dan kota lainnya untuk tinggal bersama di Depok. "Sebelum bawa ke sini, anak yang telantar saya bawa ke rumahnya dulu," katanya. Biasanya anak-anak itu mengeluh mengenai kota tinggal mereka. "Kalau di sini saya kasih duit kalau sedang ada rezeki."
Pekerjaan mereka sehari-hari adalah mengamen di lampu merah Jalan Margonda Raya dan Siliwangi. Sanusi menolak jika teman-temannya disebut melakukan tindakan kriminalitas. "Karena saya larang keras mereka," katanya.
Sanusi mengatakan biasanya dia ke luar kota menghadiri acara konser atau hiburan lainnya. Di sanalah dia berkenalan dengan anak punk lainnya. "Saya yang ke kota mereka," kata pria yang kedua telinganya ditindih dengan besi ini.
Sanusi mengatakan banyak masyarakat yang risih dengan keberadaan mereka. Namun, masyarakat yang sudah tahu mereka akan senang-senang saja. "Memang ada yang senang ada yang enggak," kata lelaki yang tubuhnya dipenuhi tato ini. "Asal jangan ada yang mencopet warga."
Seperti gaya anak punk lainnya, rambut Sanusi dicepak satu senti di pinggir. Kemudian ada di tengahnya dibiarkan panjang seperti rambut kuda. Badannya dipenuhi tato dan celananya dilingkari rantai besi sebesar jari.
Pendiri sekolah Master Nurrohim mengatakan anak punk memang kelihatannya banyak. Tetapi yang menetap sebagai anak asuh hanya sekitar 15 orang. "Banyak juga yang datang dan pergi," kata dia.
ILHAM TIRTA
Berita lain:
Diduga Mabuk, Pengendara Livina Tabrak 6 Orang
Polda Lepaskan 4 Pengunjuk Rasa Kedubes AS
16 Ribu Polisi Amankan Pilgub Putaran Dua
Melahirkan, Perkara Istri Bos Langit Biru Ditunda
Sekolah Terbakar, 900 Siswa Diliburkan