TEMPO.CO, Jakarta - Rapat Komite Bersama di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis, 20 September lalu telah menghasilkan lima kesepakatan. Menurut anggota komite wakil Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Catur Agus Saptono, kesepakatan tersebut mengikat, dan harus dijalankan semua pihak, baik PSSI, ataupun Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI).
"Khususnya soal tim nasional. Semua pemain yang dipanggil harus segera memenuhi panggilan timnas, karena keputusan itu mengikat dan harus dilaksanakan," kata Catur Agus Saptono, kepada Tempo, Jumat, 22 September 2012.
Pria yang juga Wakil Ketua Komisi Disiplin PSSI itu pun berharap masalah yang ada sekarang bisa segera usai sehingga berdampak bagus untuk perkembangan sepak bola Indonesia.
Adapun anggota Komite Bersama dari KPSI, Joko Driyono pesimis timnas yang bersatu akan tercapai jika PSSI dan KPSI tidak segera memiliki pandangan sama dalam memaknai kesepakatan komite. Pasalnya, kata Joko, PSSI kepengurusan Djohar Arifin Husin sudah tidak lagi diakui klub Liga Super Indonesia. "Tapi pekan depan saya akan menemui pihak PSSI untuk menyelesaikan mispersepsi tersebut," ujar Joko.
Salah satu poin kesepakatan Komite Bersama tentang timnas adalah, menegaskan bahwa timnas yang diakui Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) adalah bentukan PSSI. Komite Bersama diminta untuk mengharmonisasi peleburan tersebut.
Kata “mengharmonisasi” itulah yang kini menjadi pangkal keributan. KPSI menegaskan bahwa kata itu berarti, PSSI harus memutuskan soal pelatih dan anggota timnas bersama-sama KPSI. Saat ini, Indonesia memiliki dua timnas. Satu dilatih Nil Maizar dan berisi pemain Liga Prima dan satunya dilatih Alfred Riedl dan diperkuat pemain Liga Super.
ARIE FIRDAUS
Berita Terpopuler:
Kucing Keluarga Jokowi Ikut Pindah
Tiba di Solo, Jokowi Disambut Meriah
Pengguna Blackberry di Eropa Alami Problem Ini
Jokowi Menang, Solo Akan Dipimpin Si Kumis?
Samsung Gugat iPhone 5