TEMPO.CO, London - Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Badan Audit Eropa menyimpulkan, 26 persen pekerja Inggris terdiagnosis mengalami depresi berat. Penelitian itu melakukan perbandingan dengan jumlah pekerja Italia yang hanya 12 persen mengalami depresi di tempat kerja.
Karena terdiagnosis sebagai pekerja paling depresi di Eropa, pekerja Inggris akhirnya terkenal sebagai pekerja yang paling banyak mengambil cuti. Bila pekerja Eropa lain mengambil cuti 36 hari dalam setahun, khusus pekerja Inggris mengambil cuti hingga 41 hari dalam setahun. Bahkan, satu dari pekerja Inggirs selalu mengambil cuti minimal satu hari untuk melepaskan depresi mereka.
"Tujuan survei ini adalah meningkatkan kepedulian dan dukungan bagi para pekerja, dan bagaimana mencari pemecahan masalah serta manajemen depresi bagi para pekerja di kantornya," ujar Presiden Europian Depression Association, Dokter Vicenzo Costigliol,a kepada Telegraph, Senin, 1 Oktober 2012.
Tingginya jumlah pekerja Inggris yang mengalami depresi menjadikan Inggris lebih perhatian terhadap pekerjanya dibandingkan negara lain. Hal ini diakui oleh Chief Executive The Charity Depression Alliance, Emer O'neil, bahwa 6-7 tahun belakangan, Inggris jadi lebih baik dalam mengidentifikasi kasus depresi pekerjanya.
"Dengan adanya survei tersebut, pekerja dapat mengenali sampai di mana tingkat depresi mereka dalam bekerja. Dokter juga memiliki diagnosis lebih baik untuk mengobati pasien depresi," ujar Emer O'neil. Survei ini, menurut O'neil ,juga berguna bagi perusahaan untuk berkomunikasi dengan pekerja, sehingga memiliki hasil yang positif.
Baca Juga:
O'neil yakin hasil survei ini disambut baik oleh para pekerja Inggris. Sebab, bagaimanapun, menurut O'neil, insiden depresi yang menimpa seluruh pekerja di Eropa memiliki bentuk dan pola yang sama. Meski begitu, hasil survei tersebut tidak mencerminkan pekerja Inggris keseluruhan.
"Saya yakin masih ada beberapa pekerja yang tidak jujur karena khawatir terjadi hambatan pada kariernya. Depresi di tempat kerja tak ubahnya dengan fenomena gunung es," ujar O'neil.
CHETA NILAWATY | TELEGRAPH
Berita Terpopuler
Sakit Usus Buntu Tak Perlu Dioperasi
Pisang Cegah Sakit Kepala
Kontra di Pekan Mode Milan
Nikmatnya Kopi Tanpa Gula