TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development Economy and Finance (Indef), Aviliani, menyatakan, perekonomian Indonesia bisa masuk 10 besar dunia jika pertumbuhan stabil di atas 7 persen.
Pandangan itu disampaikannya dalam menanggapi prediksi McKinsey Global Institute (MGI) yang berjudul The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia's Potential. Dalam laporan itu, diperkirakan Indonesia berada di urutan tujuh perekonomian dunia pada 2030.
"Ketersediaan infrastruktur dan terbukanya lapangan pekerjaan adalah dua hal penting dalam menopang pertumbuhan," ujarnya pada Tempo, Senin malam, 1 Oktober 2012. Ia mengingatkan, jika lapangan kerja minim, berakibat pada penurunan daya beli yang mempengaruhi pertumbuhan.
Hal lain yang harus dilakukan masyarakat serta korporasi adalah program investasi. "Kesadaran berinvestasi harus dibangun, termasuk dari masyarakat," kata Aviliani.
Ia menambahkan, seharusnya perusahaan berorientasi kepada ekspansi. "Jangan hanya berfokus kepada ekspor, tetapi ekspansi dan investasi di dalam negeri masih kurang," ujarnya.
Sebagai contoh, kata dia, industri garmen lokal yang berfokus pada ekspor tidak bertahan lama. "Karena daya saingnya tinggi, tetapi kurang ekspansi, biasanya hanya mampu bertahan 20 sampai 30 tahun," ucapnya.
Aviliani mengatakan, sektor yang pertumbuhannya saat ini cukup baik adalah bisnis yang berkaitan dengan gaya hidup masyarakat kelas menengah ke atas Indonesia. Sejumlah sektor itu adalah properti, perdagangan, serta telekomunikasi.
"Kini, masyarakat berorientasi dalam memanjakan diri dengan belanja atau makan di restoran, itu berkontribusi besar kepada perdagangan," katanya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan bahwa surplusnya neraca perdagangan Indonesia serta turunnya angka impor pada Agustus 2012 akan memudahkan Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 6,5 persen di akhir tahun.
"Untuk pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga sendiri, saya yakin tidak akan jauh dari angka 6,3 atau 6,4 persen," ujar Hatta kemarin.
Sebagaimana dipaparkan oleh Badan Pusat Statistik, setelah tiga bulan berturut-turut defisit, neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2012 mengalami surplus sebesar US$ 248,5 juta. Surplus perdagangan Januari-Agustus naik menjadi US$ 496,7 juta.
Sementara itu, impor Agustus 2012 mencapai US$ 13,87 miliar atau turun 8,02 persen dibanding Agustus 2011. Impor Indonesia turun 15,21 persen dibandingkan Juli 2012.
SATWIKA MOVEMENTI
Berita terpopuler lainnya:
Penyatuan Tiket dan Pajak Bandara Berlaku Hari Ini
Al-Qaeda Indonesi Gunakan Peledak Nitrogliserin
Menteri Hatta Dukung Proyek Monorail Dilanjutkan
Hatta Upaya Jembatan Selat Sunda Tak Bebani APBN
Malaysia Akan Bangun Jalur Kereta di Kalimantan