TEMPO.CO, Jakarta - Namanya kue bulan. Dalam bahasa Tionghoa disebut Tiong Jiu Pia. Bentuknya bulat pipih dan berwarna putih pucat. Bahan utama kue ini tepung terigu atau ketan dengan isian sesuai selera. Mulai kacang hijau, cokelat, keju, nanas, hingga daging. Laiknya kue keranjang yang dibuat untuk menyambut Tahun Baru Imlek, kue bulan adalah pelengkap perayaan Tiong Jiu (malam terang bulan).
Minggu malam, 30 September 2012, tiga piring kue bulan disusun membentuk stupa. Dari yang terbesar, berdiameter 15 sentimeter, diletakkan di bagian bawah. Kian ke atas, kuenya kian kecil hingga seukuran bakpia. Di depan tamu dan undangan perayaan Tiong Jiu di Klenteng Tjen Ling Kiong, Jalan Poncowinatan, Kota Yogyakarta, sepiring kue itu dilelang dengan harga dasar Rp 1,5 juta per piring.
"Karena waktunya terbatas, hanya dua piring yang terjual," kata koordinator acara perayaan, Anggi Minarni. Setelah hampir 10 menit mencari harga tertinggi, setidaknya satu piring kue bulan yang ditawarkan terjual seharga Rp 3 juta. Wow.
Selain muncul setahun sekali, ada satu hal yang istimewa dari kue itu. Selama tiga hari, kue bulan ini diletakkan di persembahyangan klenteng. Warga Tionghoa percaya, kue yang telah disembahyangi itu membawa berkah. "Ada energi doa dalam kuenya," ujarnya.
Namun, ia melanjutkan, perburuan berkah tak hanya dengan menikmati kue bulan yang telah disembahyangi. Para penawar memberikan harga tertinggi untuk sepiring kue bulan itu untuk tujuan sedekah. Selain untuk klenteng, sebagian hasil dari penjualan juga disisihkan untuk kas Jogja Chinese Art and Culture Centre, panitia penyelenggara.
Tiong Jiu dilakukan orang Tionghoa sejak Dinasti Ming. Tradisi itu dirayakan pada hari ke-15 bulan ke-8 dalam kalender Imlek. Di negeri asalnya, Tirai Bambu, waktunya biasa bertepatan dengan musim gugur.
Ketua I Panitia Perayaan Tiong Jiu, Hans Poerwanto, mengatakan, Tiong Jiu dimaknai sebagai hari berkumpul bersama keluarga. Di bawah terangnya sinar rembulan, mereka bersama-sama menikmati kue bulan. Kue ini lazim dibuat dalam ukuran besar. Cara memakannya, kue dicuil dan dibagikan pada anggota keluarga yang hadir.
Meski bentuknya menyerupai bakpia, pada hari biasa, tak banyak pembuat dan penjual kue bulan. Maklum, kata Anggi, selain pembuatannya lebih sulit, kue khas ini biasa muncul setahun sekali. Kalaupun ada, harganya lebih mahal dibanding dengan bakpia. Anda berminat membeli?
ANANG ZAKARIA
Berita Lainnya:
Gangnam Style Psy Rajai Tangga Lagu Inggris
Menguasai Empat Istana di Seoul
Santika Kembangkan Hotel di Singapura
Hilangnya Rupiah di Resor Bintan
Changdeokgung, Istana Bersemburat Taman Rahasia