TEMPO.CO, Jakarta - Jatuhnya harga minyak mentah dan minyak sawit dapat memicu tekanan jual pada saham yang berbasis komoditas baik di sektor pertambangan dan perkebunan sehingga akan membebani gerak indeks.
Kekhawatiran terhadap pelambatan global membuat prospek permintaan terhadap komoditas cenderung melambat sehingga memicu jatuhnya harga minyak mentah dan minyak sawit (CPO).
Harga minyak mentah jenis Light Sweet untuk pengiriman bulan November anjlok US$ 3,75 (4,1 persen) dan ditutup di US$ 88,14 per barel Bursa Komoditas New York.
Dalam perdagangan kemarin indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia ditutup turun tipis 5,33 poin (0,12 persen) ke level 4.251,51. Transaksi mencapai 9,44 juta lot atau setara Rp 4,24 triliun.
Sektor perkebunan yang turun cukup dalam 3,8 persen serta saham tambang jatuh lebih dari 2 persen menjadi ganjalan bagi IHSG untuk melanjutkan kenaikan. Investor asing mencatat penjualan bersih Rp 18,8 triliun, dengan saham yang paling banyak dilepas antara lain: PT Telkom (TLKM), London Sumatera (LSIP), AstraAgro Lestari (AALI), serta Bank BNI (BBNI), serta United Tractor (UNTR).
Analis dari PT eTrading Securities, Betrand Raynaldi mengemukakan, dari sisi teknikal, penurunan ihsg kemarin merupakan langkah konsolidasi setelah batas atas di level 4.272 sangat sulit ditembus.
Saat ini batas bawah indeks berada di 4.230 sedangkan batas bawah yang kuat ada di 4.205. “Perlu dicermati, bila level ini tembus, maka indeks berpotensi kembali turun hingga ke 4.150,” tuturnya.
Untuk hari ini indeks akan menghadapi sentimen beragam dan akan cenderung melemah terbatas. Diaman saham yang bisa menjadi pilihan investor antara lain: Ekadharma International (EKAD), Indofood (INDF), serta Perusahaan Gas Negara (PGAS).
VIVA B. KUSNANDAR