TEMPO.CO, Jakarta - Indikasi pulihnya sektor ketenagakerjaan di Amerika Serikat mendorong penguatan di bursa Jakarta.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pada penutupan sesi pertama perdagangan kembali menguat 2,72 poin (0,11 persen) ke 4.314,03, Senin, 8 Oktober 2012. Indeks menguat, namun dibayangi aksi ambil untung.
Analis dari BNI Securities, Akhmad Nurcahyadi, mengatakan bahwa membaiknya data ekonomi Amerika Serikat mendorong indeks kembali menguat setelah indeks mencapai level tertingginya akhir pekan lalu. "Membaiknya data ekonomi AS menjadi pendorong signifikan kepercayaan pelaku pasar."
Angka pengangguran Negeri Abang Sam pada September 7,8 persen. Ini pertama kalinya angka itu muncul sejak krisis finansial melanda AS. Angka ini lebih baik dari bulan sebelumnya yang sebesar 8,1 persen, atau di bawah proyeksi analis 8,2 persen. Selain itu, data nonmanufaktur bulan September naik menjadi 55,1, diiringi bertambahnya jumlah pekerjaan sebesar 162 ribu.
Rilis data tenaga kerja yang lebih baik dari ekspektasi membuat Dow Jones ditutup menguat 0,26 persen ke 13.610,15, atau level terbaiknya sejak Desember 2007. Sementara itu, indeks Nasdaq ditutup melemah 0,42 persen ke level 3.136,19, sedangkan indeks S&P 500 ditutup turun tipis 0,03 persen ke 1.460,93.
Meski demikian, Akhmad mengingatkan bursa dalam negeri rawan aksi ambil untung sebagai akibat reli yang telah terjadi sepanjang pekan lalu. "Akselerasi beberapa saham yang telah mencapai nilai wajarnya berpotensi menimbulkan aksi ambil untung yang berujung pada kontraksi bursa," katanya.
Pada perdagangan hari ini, indeks diperkirakan bergerak pada rentang 4.289,90 sampai 4.326,65.
Saham yang berpindah tangan di penutupan sesi I perdagangan mencapai 1,5 miliar lembar saham, senilai Rp 2 triliun dengan frekuensi 63,1 ribu kali transaksi. Sebanyak 94 saham menguat, 112 saham turun, serta 91 lainnya stagnan. Asing mencetak pembelian bersih Rp 186,9 miliar.
Sementara itu, data ketenagakerjaan AS gagal mengangkat rupiah. Hingga siang ini, rupiah ditransaksikan melemah di kisaran 9.583-9.615. Pelemahan euro yang mengantisipasi rilisnya data pabrik di Jerman membuat rupiah melemah.
M. AZHAR | PDAT
Berita lain:
E-Money Card, Kartu untuk Jasa Transportasi
Citilink Buka Rute Bandung-Denpasar
Bank Mandiri Tawarkan Bunga Flat Selama 5 Tahun
Tiket Garuda Sebelum 4 Oktober Kena Airport Tax
Volatilitas Rupiah Masih Tinggi