TEMPO.CO, Surabaya--Pemerintah akan meremajakan seluruh sistem pemantauan gunung api di Indonesia. Diharapkan pada 2014, seluruh sistem peralatan di 129 gunung berapi yang ada sudah modern dan berstandar Internasional.
"Mayoritas peralatan kita itu buatan tahun 1982, jadi sudah tidak sesuai lagi," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono, di Surabaya, Minggu 14 Oktober 2012.
Modernisasi peralatan, kata dia, akan dilakukan dengan bantuan United States Geological Survey (USGS). Bantuan yang dimaksud yaitu pemerintah membeli peralatan dari USGS yang nantinya peralatan itu akan ditiru.
"Kalau beli mahal sampai Rp 400 jutaan peralat, dan saya sudah sampaikan ke USGS saya akan curi ilmunya," kata Surono. USGS sendiri, kata Surono, menyetujui alih teknologi ini. Apalagi, Surono juga berjanji tidak akan memperjual belikan peralatan tersebut.
"Toh kalau dijual siapa yang mau beli, yang butuh kan ya gunung berapi," ujarnya. Saat ini, pihaknya sebenarnya telah mendapatkan sebanyak 100 peralatan modern, sayang dari jumlah ini hanya tersisa 30 buah karena banyak dari peralatan yang dicuri ketika diletakkan disekitar gunung berapi.
Surono mengatakan, selain tertinggal masalah teknologi, jumlah peralatan yang ada di Indonesia sangatlah minim. Dia mencontohkan Gunung Merapi hanya memiliki empat stasiun seismik. Padahal, Merapi adalah gunung berapi yang sekelilingnya terdapat pemukinan penduduk. "Di Amerika saja, ada Gunung Saint Hellen yang sampai dipantau lebih dari 100 stasiun seismik," ujarnya.
FATKHURROHMAN TAUFIQ
Berita populer:
Jokowi Bawa Barang Serba Jelek ke Jakarta
Polisi Tetapkan Penyidik KPK Lain Jadi Tersangka
Ruhut Yakin Kasus Novel Akan Dihentikan
Jokowi Terkenang Ular 4 Meter di Loji Gandrung
Kuasa Hukum Novel Anggap Pasek Mengada-ada