TEMPO.CO, Jakarta - Sudah 52 tahun lagu pop daerah “mati suri”. Tergilas oleh keberadaan lagu pop Indonesia yang kini pun tengah lesu. Kini, ada upaya menghidupkan kembali lagu pop daerah, lewat Lomba Cipta Lagu Pop Daerah Nusantara yang akan diadakan di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta pada 30 Oktober nanti.
Acara ini digagas oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, bersama Ikatan Alumni SMAN VI Yogyakarta. Pada proses seleksi, 80 lagu terjaring, selanjutnya dipilih 33 lagu untuk seleksi awal masuk tahap ketiga, kemudian ada 10 lagu terbaik dan 6 lagu pop daerah yang dinyatakan sebagai finalis. Dalam babak final yang akan disiarkan oleh televisi nasional, ditetapkan juara Lomba Cipta Lagu Pop Daerah Nusantara 2012. “Enam finalis ini lagunya akan direkam dan dipublikasikan dalam bentuk CD,” kata panitia LCLPDN 2012, Toto Setiantoro.
Para dewan juri terdiri atas budayawan Remy Silado, Dwiki Darmawan, Trie Utami, Bens Leo, dan Rahayu Kertawiguna dari label rekaman Nagaswara. Lomba ini diharapkan akan mendorong kebangkitan lagu daerah kembali diminati.
Menurut Remy Silado, setelah 52 tahun, baru kali ini lomba lagu daerah mendapat perhatian lagi. Pada 1960, presiden Sukarno dalam pidato Manifesto Politik menjadikan lagu daerah menjadi bagian musik pop Indonesia.
Lalu melarang musik cha-cha-cha atau musik nggak-ngik-ngok. Lalu, “Munculah lagu daerah Aceh hingga Papua, sehingga populer lagu Sing Sing So, Butet, Kampuang nan Jauh di Mato, Kabire bire, O Ina Ni Keke, Angin Mamiri, dan Rasa Sayange,” kata Remy ketika bertemu dengan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwandar, di kantor Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pada 16 Oktober.
Pengecualian lagu asal Jawa yang, menurut Remy, tercerabut dari harmoni laras Jawa yang diatonik, seperti Dondong Opo Salak. “Lagu ini sebenarnya plagiat dari lagu Puff, the Magic Dragon dari pencipta aslinya, Leonard Lipton dan Peter Yarrow, orang Amerika, yang tidak diketahui penciptanya, Kris Biantoro,” kata Remy.
Setelah lahirnya birokrasi, maka pop daerah hanya bertahan dua tahun. Pada 1962, setelah presiden Sukarno membuka Asian Games, pop Indonesia serta-merta menggilas lagu pop daerah.
Pada 2003, lagu daerah Cucak Rowo karya Didi Kempot meraih popularitas dengan terjual sampai 300 ribu copy. “Malah angkanya sampai jutaan kopi setelah pembajakan,” kata Rahayu, yang merilis album ini. Remy mengatakan, penilaian lagu terpilih didasari keaslian, lirik bahasa daerah otentik, komposisi, aransemen, dan arti syair.
EVIETA FADJAR
Berita terpopuler lainnya:
Mau Bersepeda Sambil Mandi? Ini Caranya
Biar Osteoporosis Tak Gampang Mampir
Ancaman Tulang Keropos Kian Nyata
Mau Hindari Penyakit? Cuci Tanganlah
Katarak, Penyebab Kebutaan Terbesar
Beratnya Murid Menanggung Beban Sekolah