TEMPO.CO, Jakarta - Politikus senior Partai Golkar, Jusuf Kalla, memiliki tingkat elektibilitas yang lebih baik dibandingkan dengan Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie. Masalah internal Golkar dan menurunnya performa perusahaan milik Ical, panggilan Aburizal, melemahkannya di mata publik.
"Aburizal dianggap biasa saja dan tak punya prestasi,” kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei Nasional (LSN), Umar S. Bakry, dalam rilis survei "Perang Bintang di Final Pilpres 2014", Senin, 22 Oktober 2012. Ical dicalonkan Partai Golkar untuk maju ke Pemilu Presiden 2014.
Survei dilakukan LSN pada 4-20 September 2012 lalu. Dari 1.230 responden, sebanyak 9,4 persen mendukung Kalla. Sedangkan Aburizal hanya memperoleh dukungan 7,1 persen. Umar mengatakan ingatan publik terhadap kinerja Jusuf Kalla menarik simpati.
Kalla dinilai berhasil selama menjabat sebagai wakil presiden mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada periode 2004-2009. "Kalla juga berhasil menampilkan figur yang bersih dan tegas, yang merupakan figur idaman publik," kata Umar.
Tingginya kesukaan publik terhadap Kalla dibandingkan dengan Aburizal juga terlihat dari angka akseptabilitas. Kalla diterima 62 persen responden, sedangkan Aburizal hanya diterima 41,4 persen responden. Kalla juga dinilai lebih tegas dan punya kemampuan memimpin. Sebanyak 48,1 persen responden mengatakan Kalla tegas dan hanya 27,9 persen yang menyatakan Aburizal tegas.
Sebelumnya, dalam survei yang dilakukan Political Weather Station yang diumumkan Ahad, 21 Oktober, disebutkan popularitas Jusuf Kalla lebih besar dibandingkan dengan Aburizal. Survei dilakukan pada 15 September–15 Oktober 2012 terhadap 1.070 responden.
IRA GUSLINA SUFA
Berita lain:
Keseleo Lidah, SBY Jadi ''Presiden Soeharto''
Keputusan Jabar 1 di Tangan Megawati
Ada Yusril Ihza, Abraham Samad Batalkan Agenda
KPK Telusuri Dugaan Korupsi Blok Natuna dan Cepu
Kata Yusril Soal Penyerahan Berkas Simulator SIM