TEMPO.CO, Jakarta - Warga RT 05 di Bukit Duri, Jakarta Selatan, ternyata menolak konsep kampung susun yang ditawarkan Gubernur Jakarta Joko Widodo dan Sanggar Ciliwung, yang dipimpin Sandyawan Sumardi.
Rosani, Wakil Ketua RT 05, lebih memilih pindah dan mendapat kompensasi. "Kami mau pindah ke pinggiran Jakarta," kata dia. Menurut Rosani, luas rumah susun yang kelak dibangun tidak akan sama dengan rumah mereka sekarang. "Kekecilan. Bagaimana yang anaknya 11?" kata Rosani.
Warga juga keberatan jika harus hidup menumpang selama dua tahun, menanti pembangunan kampung susun kelar. Rumah-rumah di Bukit Duri, kata Rosani, sudah sempit dan akan makin berjubel jika warga saling menumpang selama dua tahun. "Numpang sehari saja tidak enak, apalagi dua tahun," katanya.
Warga RT 05 juga menolak karena rumah susun tidak bisa dikembangkan. "Kalau punya rezeki, terus mau membangun kamar tambahan, enggak bisa," kata Rosani. Dia tidak menjelaskan bagaimana pembangunan rumah warga bisa dilakukan dalam kondisi saling berimpit seperti sekarang.
ATMI PERTIWI
Berita Terpopuler:
Dahlan Akan Buka Oknum DPR Peminta Jatah ke BUMN
Kisah Jenderal Pramono Edhi dan Makelar Senjata
Rahasia Kisah Asmara W.R. Soepratman
Siasat Dagang Makelar Senjata
Ketika Senjata Tempur TNI Sudah Tua dan Lelah