TEMPO.CO , Kudus: Investor asal Swiss sangat berminat terhadap kopi Muria dan saat ini tengah melakukan penjajakan untuk kerja sama. Investor asal Swiss mulai melakukan penjajakan setelah acara Central Java Investment Business Forum 2012 di Jakarta beberapa waktu lalu.
Eko Djumartono, Pejabat Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Kudus, mengatakan investor asal Swiss itu berkeinginan mengembangkan komoditas kopi dari Desa Japan dan Colo, Kecamatan Dawe.
"Investor dari Swiss itu selama ini memang bergerak di bidang usaha kopi dan kopi yang diliriknya berasal daerah pegunungan dengan ketinggian 500 meter dari permukaat laut," kata Eko, Senin, 29 Oktober 2012.
Harga kopi Muria di tingkat petani relatif stabil, yakni Rp 17 ribu- Rp 18 ribu per kilogram. Kopi Muria jenis Arabika sudah secara temurun ditanam pada zaman penjajahan Belanda pada ketinggian 500 meter dari permukaan air laut. Kopi Muria tersebar di tiga Kabupaten Kudus, Jepara, dan Pati. Lahan perkebunan kopi di Kudus dan Jepara dikelola oleh petani setempat, sedangkan di Pati dikelola PTP Jolong.
Untuk daerah Kudus, kopi Muria ditanam di areal 300 hektare di Desa Japan, Colo, Ternadi, dan Soco. Menurut Nuryati, petani asal Desa Japan, hasil panennya dibeli oleh tengkulak. Para pengepul atau tengkulak jemput bola atau mendatangi ke kebun milik petani yang sudah dipetik, sehingga petani tidak kehilangan biaya operasional.
"Saya dapat Rp 6 juta," kata Temu, pemilik lahan satu hektare, asal Desa Ragtawu, Kecamatan Gebog, Kudus. Kebun kopi milik Temu memerlukan perawatan tiga kali dalam setahun dan setiap kali perawatan menghabiskan biaya Rp 150 ribu. Harga kopi di Kudus banyak ditentukan para tengkulak. "Masalahnya, petani di sini tidak memiliki hubungan langsung kepada pedagang grosir dan lebih ditentukan oleh tengkulak," kata Soleh, petani kopi setempat.
Kopi Muria di Jepara seluas 3.059 hektare dengan 4.000 petani. Tanaman itu tersebar di wilayah Pegunungan Muria, yakni di Desa Damarwulan, Tempur, Watuaji, Kunir (Kecamatan Keling), dan Desa Sumanding (Kecamatan Kembang).
"Kebanyakan petani di sini petik saat buah kopi sudah matang," kata Sujarot, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jepara. Untuk kepentingan pemasaran, menurut Sujarot, ia mempertemukan kelompok petani dengan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia Jateng agar petani tidak dipermainkan tengkulak.
BANDELAN AMARUDIN
Terpopuler:
Dahlan Akan Buka Oknum DPR Peminta Jatah ke BUMN
9 Modus Upeti ke DPR
Titik Rawan 3 BUMN Jadi ''Sapi Perah'' ala Said Didu
Ketua Komisi BUMN DPR: Tak Benar Ada Pelicin
Pendapatan PT Bukit Asam Melonjak