TEMPO.CO, Denpasar - Permintaan pasar dunia terhadap kebutuhan vaksin terus mengalami peningkatan, mencapai 15 persen tiap tahun. Namun masih terdapat banyak kendala untuk memenuhinya.
President Developing Countries Vaccine Manufacture Network (DCVMN) Mahendra Suhardono menyatakan, salah satunya adalah ketiadaan teknologi pembuatan vaksin di negara berkembang. "Kami, negara-negara yang tergabung di dalam DCVMN, sepakat menjalin kerja sama. Bussines to bussines sudah disepakati. Alih teknologi juga sedang akan dilakukan. Untuk vaksin yang belum kita produksi karena terkendala teknologi, kami sepakat untuk mencarikan akses teknologinya," katanya di sela penutupan pertemuan DCVMN ke-13 di Kuta, Bali, Jumat, 2 November 2012.
Untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri, Mahendra, yang juga menjabat Direktur Produksi Bio Farma, mengaku akan terus meningkatkan produktivitas dengan mengatasi masalah alih teknologi dan minimnya riset tentang vaksin. Untuk itu, Bio Farma telah mengalokasikan dana sebesar Rp 300 miliar per tahun untuk mengembangkan dan membangun pabrik vaksin di Bandung guna meningkatkan pemenuhan permintaan global. "Dana itu murni dari kas internal perusahaan untuk memenuhi permintaan vaksin secara global," katanya.
Meski masih terkendala di dalam negeri, Mahendra menegaskan, Bio Farma berkeinginan ambil bagian dalam pemenuhan vaksin dunia, yang selama ini sudah terintegrasi. Setiap tahun, Bio Farma memproduksi vaksin sebanyak 1,7 miliar dosis. Sebanyak 60-70 persen vaksin yang diproduksi perseroan milik negara ini diekspor ke-117 negara.
ROFIQI HASAN
Berita Terpopuler:
Angelina Sondakh Akui Pertemuan di Kemenpora
Dahlan Serahkan Daftar ''Pemeras'' BUMN Senin
Bentrokan Lampung Selatan Dipicu Pelecehan Seksual?
Penyidik KPK yang Mundur Bertambah 3 Orang
Kontras: Intimidasi ke Penyidik KPK yang Mundur