TEMPO.CO, Jakarta - Badan Layanan umum (BLU) Transjakarta sudah memetakan tiga faktor yang membuat kinerja mereka masih belum sekinclong yang diharapkan publik. Ketiga faktor itu adalah masih buruknya kualitas bahan bakar gas yang dipergunakan bus Transjakarta, jalur khusus busway yang kerap diserobot pengguna jalan lain, dan sedikitnya jumlah armada bus yang tersedia.
"Ini yang menyebabkan masyarakat kerap mengeluh," kata Ketua Badan Layanan Umum Transjakarta Muhammad Akbar, Jumat, 2 November 2012. Karena itulah, dia melontarkan gagasan untuk mengubah bus Transjakarta, dari semula memakai gas, menjadi memakai solar. "Kalau masih pakai gas, layanan kami buruk," ujarnya.
Saat ini, menurut Akbar, jumlah stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) amat sedikit dan sarananya pun buruk. Ini membuat bus harus mengantre amat lama untuk mengisi bahan bakar. Akibatnya, penumpang pun menumpuk terus.
Saat ini, hanya ada empat SPBG untuk melayani 447 armada Transjakarta. Kualitas gasnya pun amat buruk. "Masih ada oli, lumpur, dan air," ujarnya. Hal itu menyebabkan efisiensi penggunaan gas berkurang.
"Rasionya jadi 1 liter untuk 1 kilometer, padahal seharusnya 1 liter untuk 1 ,5 kilometer," ujar Akbar. Akibatnya, dalam sehari, Transjakarta harus dua kali mampir "minum" ke SPBG untuk mengisi bahan bakar. "Inilah yang bikin lama," ujarnya.
M. ANDI PERDANA
Berita Terpopuler:
Angelina Sondakh Akui Pertemuan di Kemenpora
Dahlan Serahkan Daftar ''Pemeras'' BUMN Senin
Bentrokan Lampung Selatan Dipicu Pelecehan Seksual?
Penyidik KPK yang Mundur Bertambah 3 Orang
Kontras: Intimidasi ke Penyidik KPK yang Mundur