TEMPO.CO, Jakarta - Kejatuhan harga saham di bursa Wall Street akhir pekan lalu mengancam pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia pada awal pekan ini.
Merosotnya harga minyak mentah dan komoditas lainnya bisa menjadi alasan bagi investor domestik untuk melakukan aksi ambil untung sehingga dapat menekan indeks hari ini.
Jumat lalu, indeks Dow Jones ditutup turun cukup tajam sebanyak 139,46 poin (1,05 persen) ke level 13.093,16. Indeks S&P 500 terkoreksi 13,39 poin (0,94 persen) menjadi 1.414,2, serta indeks saham teknologi Nasdaq juga merosot 37,93 poin (1,26 persen) ke posisi 2.982,13.
Bursa regional pagi ini juga melemah mengikuti kejatuhan bursa Amerika akhir pekan lalu dapat menjadi ganjalan bagi indeks lokal untuk melanjutkan kenaikan. Bursa Tokyo terkoreksi 0,46 persen, bursa Selandia baru turun 0,39 persen, bursa Seoul turun 0,35 persen, serta bursa Australia juga melemah 0,41 persen
“Pergerakan indeks akan lebih banyak dipengaruhi tren pergerakan bursa regional setelah berakhirnya musim laporan keuangan emiten triwulan ketiga,” kata Muhammad Alfatih, analis dari PT Samuel Sekuritas.
Keluarnya laporan keuangan emiten membuat investor tahu saham mana saja yang pendapatan dan labanya tumbuh serta layak dikoleksi. Bila harga-harga saham unggulan yang menjadi motor penggerak indeks sudah mencapai target, mereka akan melakukan pengalihan ke saham lapis dua yang kenaikannya tertinggal.
Alfatih memprediksi bahwa indeks akan mencoba bertahan dan bergerak terbatas dalam rentang 4.300 hingga 4.350. Bila kondisi regional cukup kondusif, indeks akan mencoba ke target berikutnya di 4.400.
Namun harga saham yang sudah cukup mahal seiring dengan indeks mencapai rekor tertinggi baru membuat bursa juga rawan koreksi. “Apalagi katalis positif bursa, yakni laporan keuangan, telah berlalu,” katanya.
Akhir pekan lalu, indeks menguat tipis 3,53 poin (0,08 persen) ke level 4.338,892, sedangkan, secara akumulasi sepekan, indeks terkoreksi tipis 0,26 poin dari posisi pekan sebelumnya, di 4.339,153.
PDAT | VIVA B. KUSNANDAR