TEMPO.CO, Surabaya--Saat masih kecil, Menteri BUMN Dahlan Iskan ternyata bercita-cita menjadi Kiai. Apalagi Dahlan masih memiliki garis keturunan dari Pesantren Sabilul Mutahin Magetan.
"Kakek saya itu pendiri tarikat Satariah," kata Dahlan, ketika menjadi pembicara dalam konferensi internasional dalam kajian ke-islaman, atau Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) ke 12 yang digelar di empire hotel Surabaya, Rabu 7 November 2012, malam.
Cita-cita Dahlan tidak bisa berlanjut karena dia bukan garis keturunan dari pihak laki-laki. "Saya akhirnya beri kesempatan keponakan saya karena dia garis keturunanya laki-laki. Sedangkan saya garisnya dari ibu," kata dia.
Gagal jadi kiai, Dahlan lantas berniat berkuliah. Namun keluarganya tidak memiliki biaya dan memaksa Dahlan untuk ikut kakaknya bekerja di Samarinda Kalimantan. Sambil bekerja, Dahlan saat itu kuliah di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Cabang Samarinda.
Dahlan memilih keluar karena lebih memilih aktif di organisasi pergerakan mahasiswa. Aktivitas Dahlan ini setidaknya menjadikanya menduduki jabatan Ketua di tingkat provinsi. "Saya lantas mencalonkan diri jadi ketua ditingkat Nasional, tapi gagal," ujarnya.
Kegagalan inilah yang menjadikan Dahlan akhirnya memilih berkiprah di organisasi pers mahasiswa. Persma inilah yang menjadikan dia akhirnya menjadi wartawan profesional. "Dari pengalaman hidup ini, saya bisa simpulkan. Keberhasilan seseorang itu jika dia berani merantau," katanya.
Jika saat itu tidak merantau, Dahlan yakin dirinya paling banter akan menjadi guru Madrasah Ibtidaiyah. Atau paling banter hanya jadi kepala desa. Selain itu, Dahlan juga akan menikah dengan tetangganya. "Tapi saya rubah itu dengan merantau," ujarnya.
FATKHURROHMAN TAUFIQ
Baca juga:
Marzuki Alie: Dahlan Pemberani, Jangan Takut
Dahlan Akui Ada Oknum Kabinet Ingin Mendepaknya
Dahlan Enggan Sebut Tambahan Nama Pemeras BUMN
Potret Dahlan Iskan
Zigzag ala Dahlan