TEMPO.CO, Los Angeles -- Donald Trump, pengusaha properti, akhirnya menghapus sebagian kicauan kemarahannya di akun Twitter miliknya terkait dengan kemenangan Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat untuk kedua kalinya. Namun itu tidak menghentikan kebiasaannya meracau di jejaring sosial itu.
Trump, 66 tahun, menghapus beberapa tweet-nya yang menyerukan masyarakat Amerika untuk melakukan revolusi menentang hasil pemilihan umum presiden yang berlangsung secara demokratis itu.
Sesaat setelah sejumlah jaringan televisi di negara itu mengumumkan kemenangan Obama, Trump lalu meradang. Dengan nada marah dia mengatakan, “Lebih banyak suara sama saja kekalahan...revolusi!”.
Dia kembali mengajak revolusi lewat tweet-nya dengan mengatakan, "Dia (Obama) kehilangan banyak dukungan suara populer tapi memenangkan pemilihan. Kita harus melakukan revolusi di negara ini."
Racauan Trump ini lantas diberitakan sejumlah media massa, termasuk televisi NBC. Wartawan stasiun televisi itu, Brian Williams, mengatakan, "Dia sudah melewati pintu terakhir menuju relevansi dan menjadi begitu dekat dengan seorang yang tidak bertanggung jawab."
NBC lalu menampilkan sejumlah kicauan Trump. Ini membuat pengusaha yang sempat bersiap-siap untuk maju sebagai kandidat presiden dari Partai Republik, tapi lalu mundur di tengah jalan, itu makin mengkel.
Lewat tujuh kicauan, dia menuding NBC dan Williams mencoba menangguk keuntungan rating dengan berita itu. "Acara dia itu begitu membosankan sehingga dia menyasar saya semalam," kata pemilik tiga kontes kecantikan ini. Dia juga sempat mengatakan Brian sebagai orang bodoh.
Trump sempat menjadi “pemimpin de facto” gerakan Birther, yang berusaha membangun opini bahwa Obama dilahirkan di luar Amerika sehingga tidak bisa menjadi presiden. Dalam sebuah jamuan makan resmi, yang dihadiri Trump, Obama membalasnya lewat pidato yang meledek rekam jejak pengusaha itu dan upayanya menjadi presiden.
Obama lalu menampilkan gambar Gedung Putih dengan tulisan berwarna ungu dan sejumlah gadis berpakaian mini, yang menjadi ciri khas acara Miss Universe, Miss USA, and Miss Teen USA, yang haknya dimiliki Trump. Para tokoh politik, pengusaha, dan media massa, yang memenuhi gedung acara, tertawa melihat slide itu.
Setelah puas menyasar NBC dan wartawannya, Trump lantas kembali meledek isu pemanasan global, yang muncul pada akhir kampanye, seiring bencana badai Sandy.
"New York sangat dingin membeku dan bersalju sekarang. Kita butuh pemanasan global." Tak pelak, ini membuat sejumlah tweeps membalasnya dengan mengatakan Trump sebagai orang bodoh, sambil menegaskan bahwa badai Sandy dan perubahan iklim yang ekstrem terjadi justru karena pemanasan global.
Seperti tidak kehabisan energi, beberapa jam kemudian, dia berkicau lagi meledek Anthony Weiner, anggota kongres dari Kota New York. "Peringatan, ada orang cabul. @RepWeiner kembali di Twitter. Semua anak-anak gadis di bawah 18 tahun harus segera memblokir akun itu."
Weiner mengalami nasib nahas pada pertengahan tahun ini. Saat itu, dia hendak mengirimkan foto alat kelaminnya lewat akun Twitter ke seorang gadis pengikutnya di akun itu. Namun, karena kesalahan teknis, gambar itu jusru tersebar ke semua pengikut dan, tentu saja, ke media massa. Kemarin, Weiner men-tweet, untuk pertama kalinya, sebuah video YouTube setelah absen sejak Juni lalu. Weiner tidak membalas ejekan Trump.
Beberapa jam kemudian, Karl Rove, penasihat Partai Republik, juga terkena semprotan Trump lewat Twitter karena dinilai gagal membantu mendongkrak dukungan suara ke Mitt Romney setelah berbagai iklan senilai US$ 400 juta (sekitar Rp 3,8 triliun). "Buang-buang uang saja."
SALON | HUFFINGTON POST | BUDI RIZA
Baca juga:
Obama Cetak Rekor di Twitter dan Facebook
Lubang Hitam Ditemukan di Pedang Orion
86 Persen Software Microsoft di Indonesia Bajakan
Jepang Tawarkan Teknologi Cegah Banjir
Google Rayakan Ulang Tahun Penulis Drakula