TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah negatifnya bursa global dan indeks Dow Jones yang jatuh di bawah 13.000, indeks harga saham gabungan (IHSG) akan mencoba bertahan di atas level 4.300.
Analis dari PT Millenium Danatama Sekuritas, Abidin, memperkirakan potensi kenaikan indeks masih terbebani oleh ancaman terjadinya jurang fiskal di Amerika dan antisipasi investor terhadap proses pemberian dana talangan berikutnya bagi Yunani. “Tekanan global yang belum mereda menyebabkan sempitnya ruang kenaikan indeks.”
Jurang fiskal di Amerika paling ditakuti oleh para analis karena bisa berdampak terhadap negara lainnya. Dengan diberlakukannya pengetatan belanja dan kenaikan pajak, otomatis daya beli akan berkurang sehingga dapat menghambat perdagangan. Di sisi lain, Cina yang diharapkan menjadi penyeimbang AS dari segi pangsa pasar juga sedang mengalami perlambatan ekonomi.
Tidak adanya faktor positif bagi penggerak global, membuat satu-satunya potensi kenaikan indeks berasal dari fundamental ekonomi dalam negeri. “Saham-saham berkinerja baik yang berorientasi konsumsi domestik, seperti properti, konsumer, dan semen masih berpotensi menjadi penggerak indeks,” ujar Abidin.
Hari ini indeks masih akan bergerak datar dan tetap bertahan di angka sekitar 4.300. Potensi penguatan indeks baru akan terjadi setelah indeks menyentuh level 4.350, untuk selanjutnya menjajal 4.400. "Saham-saham yang bisa menjadi pilihan kali ini adalah Bank Danamon (BDMN), Bank Mandiri (BMRI), Indocement (INTP), dan Indofood (INDF)," kata Abidin.
Akhir pekan lalu, indeks ditutup di level 4.333,64, yang berarti hanya melemah tipis 5,25 (0,12 persen) dibanding penutupan pekan sebelumnya.
Melemahnya indeks sepanjang pekan lalu disebabkan oleh kekhawatiran investor atas ancaman jurang fiskal di AS serta isu Yunani gagal memenuhi persyaratan keuangan guna tetap berada di Uni Eropa. Proyeksi Komisi Eropa terhadap pertumbuhan ekonomi zona euro pada 2013 yang turun dari 1 persen ke 0,1 persen turut membebani IHSG.
M. AZHAR | PDAT