TEMPO.CO , Jakarta: Perjalanan karir politik Rhoma Irama tidaklah mulus. Gara-gara mendukung kampanye Partai Persatuan Pembangunan di era Orde Baru, Rhoma mengalami pencekalan dari 1997-1988. Tapi Rhoma percaya, pilihan politiknya tidak salah. Kisah pencekalan tersebut dimuat dalam memoar Majalah Tempo, 8 Mei 2011. Ini kisah selengkapnya.
"Alhamdulillah, selama dicekal, saya tidak merasa kekurangan sedikit pun. Itulah bila berjuang di jalan Allah, ada saja jalannya. Ketika itu banyak sekali lirik lagu saya yang menyindir pemerintah," katanya.
Contohnya lagu berjudul Judi. Lagu itu dibuat untuk menyindir program Porkas, yang dikelola pemerintah. Kemudian ada pula lagu berjudul Rupiah, Ada Udang di Balik Batu, dan Hak Asasi Manusia.
Rhoma bercerita, lagu Hak Asasi Manusia sebenarnya menyindir Golkar, yang saat itu banyak mengintimidasi orang. Akibatnya, tak cuma tidak boleh tampil di TVRI, izin pentasnya pun dipersulit.
"Naiknya saya ke mimbar kampanye PPP sempat membuat ibu saya menggigil ketakutan. Ibu saya, yang tinggal di Tebet, Jakarta Selatan, selalu menangis bila saya ikut kampanye. Karena itu, sebelum berangkat, saya selalu mencium tangan Ibu."
"Saya katakan kepadanya, tidak perlu khawatir melepas saya. Kalau saya tak ada, masih banyak adik saya yang akan menggantikan saya. Saat itu ibu saya hanya bisa menangis dan berdoa. Doa inilah yang, saya rasa, membuat saya selamat."
Suatu kali mantan Gubernur DKI Jakarta Bang Ali Sadikin pernah bertanya kepada saya, "Hai, Rhoma, memang kamu sudah memiliki lumbung apa sampai berani melawan pemerintah?" Terus terang saya jawab, "Saya tidak punya uang." Sepertinya ragu, Bang Ali bertanya lagi, "Apa kamu siap mati?" Saya jawab lagi, " Saya siap mati."
TIM TEMPO
Baca juga:
Rhoma Irama for President
PKS: Jangan Remehkan Rhoma Irama
Rhoma Berpeluang Rebut Suara Kelas Menengah-Bawah
PPP Jagokan Rhoma Jadi Capres, PKS ''Cuek''
PPP Dinilai Ingin ''Dompleng'' Popularitas Rhoma
Rhoma Irama Butuh Modal Gede untuk Nyapres
Alasan PPP Mau Calonkan Rhoma Irama Jadi Presiden