TEMPO.CO, Aceh Utara - Peringatan hari deklarasi Gerakan Aceh Merdeka di Lhokseumawe dan Aceh Utara berlangsung aman. Komite Peralihan Aceh (KPA), selaku penyelenggara acara tersebut, memperingatinya dengan acara berdoa dan kenduri untuk anak yatim, Selasa, 4 Desember 2012.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, di Kota Lhokseumawe, acara milad digelar di kompleks makam Rancung, tempat makam Panglima GAM Pasee Tengku Yusuf Ali yang tertembak di pedalaman Matang Geulumpang pada tahun 1990-an.
Pada masa itu Yusuf Ali, Alm Saed Adnan, dan Alm Abdurahman Paloh mengobarkan perlawanan bersenjata terhadap polisi dan TNI. Sementara di Aceh Utara, peringatan ulang tahun GAM berlangsung di empat lokasi terpisah.
Ketua Komite Peralihan Aceh Samudera Pasee Kabupaten Aceh Utara, Tengku Zulkarnaen Hamzah, mengatakan tempat perayaan ulang tahun ke-36 (4 Desember 1976-4 Desember 2012) dilakukan di kuburan almarhum Dr Muktar Hasbi Geudong.
Dr Muktar Hasbi meninggal dalam usia 35 tahun dan ia merupakan Menteri dalam Negeri dan Deputi Menteri Luar Negeri dalam pemerintahan Hasan Tiro. Ia tewas pada era 1980-an dalam gerilyanya di kawasan Pulo Tiga Aceh Tamiang. "Titik pusat perayaan kami laksanakan di kuburan Dr Muktar," ujar Tengku Zulkarnean kepada Tempo.
Selain di tempat itu, ada tiga tempat lain tempat peringatan milad, yaitu Masjid Sampoinib dan Masjid Panton Labu. "Kami peringati dengan berdoa dan kenduri untuk anak yatim dan janda" kata Tengku Zulkarnaen.
Dia menambahkan, peringatan milad ke-36 GAM tanpa pengibaran bendera sesuai dengan intruksi panglima besar GAM. Pada kesempatan itu dia juga berharap mantan kombatan yang kini telah bersama masyarakat untuk dapat bahu-membahu membangun Aceh yang lebih baik. "Jangan dekat-dekat dengan pekerjaan kriminalitas," Tengku Zulkarnaen menjelaskan.
IMRAN MA
Berita terpopuler politik :
Di Guntur, Jenderal Djoko Susilo Sendirian
Pemerintah Ambil Alih Universitas Trisakti
Dibui di Guntur, Djoko Susilo Tak Pakai Baju Tahanan
Kasus Fany Octora, Bupati Garut Dipecat Golkar?
Kalla: Mana Bisa Ada Dua Capres Golkar?