TEMPO.CO, Jakarta - Infeksi pada ginjal, kantung kemih, dan uretra 10 kali lebih sering terjadi pada anak lelaki yang tidak dikhitan (disunat) dibandingkan dengan pada anak lelaki yang dikhitan.
Selain itu, sepanjang hidup mereka, pria yang tidak dikhitan akan mengalami masalah-masalah tersebut hingga empat kali. Hal tersebut merupakan hasil temuan terbaru yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Sydney Medical School University of Sydney.
Para peneliti Australia, seperti dikutip Reuters, Jumat, 7 Desember 2012, mengungkapkan infeksi saluran kencing pada umumnya terjadi di tahun pertama kehidupan seorang bayi lelaki. Selama ini khitan telah dikenal sebagai salah satu cara untuk mencegah risiko tersebut. Namun, sebanyak apa dan dengan cara seperti apa hal tersebut mempengaruhi hingga dewasa masih belum jelas benar.
Para ilmuwan tersebut menemukan bahwa khitan memberikan perlindungan yang menyeluruh, kata ketua penulis hasil penelitian, Brian Morris, profesor bidang ilmu kesehatan molekuler di University of Sydney. Meskipun ada yang masih diperdebatkan dalam terminologi kesehatan publik.
Morris dan timnya meneliti 22 hasil penelitian yang dipublikasikan antara 1987 hingga 2012 dan melibatkan 407.902 pria di seluruh dunia, seperempat dari mereka tidak dikhitan. Berdasarkan hasil temuan tersebut, para ilmuwan memperkirakan bahwa dokter bisa mencegah satu kali terjadinya infeksi saluran kencing pada setiap empat kali khitan.
Menurut Morris, semakin muda usia anak-anak, semakin serius masalah infeksi saluran kencing ini bisa terjadi, seperti dipublikasikan di Journal of Urology. Efek samping dari infeksi saluran kencing pada anak-anak adalah batu ginjal, demam, nyeri, dan infeksi darah.
Pada Agustus silam, untuk pertama kalinya, American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa khitan mempunyai manfaat kesehatan yang lebih besar ketimbang risiko. Namun, keputusan untuk melakukan hal tersebut pada anak-anak tetap ada di tangan orang tua.
Morris menambahkan, penelitian ini mengirimkan sebuah sinyal yang kuat untuk dilakukannya advokasi atas khitan sebagai intervensi kesehatan publik dalam menurunkan berbagai risiko penyakit. "Apalagi, banyak dari kasus-kasus tersebut sangat serius dan kondisinya berlangsung seumur hidup," ujar dia.
REUTERS | ARBA'IYAH SATRIANI
Terpopuler:
Jam Sekolah Panjang Berdampak pada Anak
Lusa, Buku Raden Saleh Diluncurkan di Yogyakarta
Beri Pelajaran Terukur pada Anak
Bahaya Kecilkan Perut Berlebihan
Tidur Sejam Lebih Awal Tangkal darah Tinggi
Tidur Lebih Ampuh Ketimbang Obat
Susan Budihardjo: Imajinasi dari Komik
Kalau Orang Dewasa Main Perang-perangan