TEMPO.CO, Kupang - Sikap Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar yang menetapkan Melki Lakalena sebagai calon Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) periode 2013-2018 mendapat reaksi keras dari para petinggi partai di NTT.
Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah I Golkar NTT, Samuel Haning, menyatakan kekecewaannya terhadap keputusan DPP Partai Golkar tersebut. Samuel pun secara tegas menyatakan mengundurkan diri dari Partai Golkar. “Penetapan (yang menunjuk Melki) tersebut bertentangan aturan partai. Maka, saya menyatakan mengundurkan diri dari Golkar,” katanya di Kupang, Kamis, 13 Desember 2012.
Samuel yang sehari-hari adalah Rektor Universitas PGRI Kupang itu menegaskan bahwa Surat Keputusan DPP Partai Golkar No. r.046/golkar/xii/2012 tentang penetapan Melki tidak sesuai dengan hasil Rapat Pimpinan Daerah (Rapimda) Partai Golkar NTT.
Menurut Samuel, DPP Partai Golkar mengabaikan nama-nama yang direkomendasikan berdasarkan hasil Rapimda DPD Partai Golkar NTT.
Kandidat yang direkomendasikan berdasarkan hasil Rapimda DPD Partai Golkar NTT adalah Alo Liliwer, staf pengajar di Universitas Nusa Cendana; Hugo Kalembu, anggota DPRD NTT dari Fraksi Golkar; serta pengamat politik, Johanes Usfunan. Namun, tidak satu pun dari ketiga nama tersebut yang lolos.
Pengunduran diri Samuel ditandai dengan penyerahan surat ke Sekretaris DPD Partai Golkar NTT. Dia lalu menanggalkan jas dan atribut Partai Golkar.
Sikap protes bahkan juga dilakukan oleh Ketua DPD I Golkar NTT, Ibrahim Agustinus Medah. Secara tegas Medah yang dijagokan sebagai calon Gubernur NTT menolak keputusan DPP Partai Golkar yang mengharuskan dirinya berdampingan dengan Melki.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, Medah merasa lebih cocok dengan Hugo Kalembu.
Menghadapi pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT yang akan digelar Maret 2013 mendatang, DPP Partai Golkar mengeluarkan SK yang ditandatangani Ketua Umum DPP Partai Golkar, Aburizal Bakrie. Isinya adalah penetapan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT yang akan diusung Partai Golkar, yakni Ibrahim Agustinus Medah dan Melki Lakalena.
Berbagai kalangan di NTT, khususnya internal Golkar, mengatakan Melki tidak layak mendampingi Medah. Meskipun lahir di Kupang Desember 1976, Melki tidak terlalu dikenal. Lelaki yang berprofesi sebagai konsultan tersebut banyak berkiprah di Jakarta. Di antaranya anggota tim khusus Menteri Energi Sumber Daya Mineral, juga tenaga ahli Ketua Fraksi Golkar DPR-RI.
YOHANES SEO