TEMPO.CO, Surabaya -Dinas Peternakan Jawa Timur membantah kekurangan dana dalam penanggulangan wabah flu burung di sejumlah kabupaten di Jawa Timur. Petugas Participatory Disease Surveillance Response (PDSR) juga telah dikerahkan untuk menangani pemusnahan di daerah terjangkit virus flu burung.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Jawa Timur drh Emmylia mengatakan sejak awal anggaran 2012, Dinas Peternakan sudah mengalokasikan dana pembelian vaksin dan disinfektan untuk dibagikan kepada kabupaten/kota.
Jumlah vaksin dan disinfektan yang ada pun masih cukup hingga akhir tahun ini. Sedangkan untuk tindakan pemusnahan, memang tidak ada anggaran dari pemerintah. Upaya ini mengandalkan kesadaran dari masyarakat khususnya para peternak untuk memusnahkan unggas jika didiagnosa positif terkena flu burung. ”Kalau disinfektan sudah dianggarakan sejak awal dan masih cukup untuk akhir tahun. Untuk pemusnahan memang kesadaran sendiri,” katanya.
Tim PDSR juga menyampaikan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat agar tidak panik ketika menemukan kasus unggas mati mendadak. Mereka bisa tetap mengonsumsi daging unggas asalkan lebih dulu dibersihkan dan dimasak dengan benar.
Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Sidoarjo, menegaskan wabah flu burung belum menyentuh wilayahnya. Namun, Pemkab Sidoarjo telah mengantisipasi seperti sosialisasi ke pedagang daging unggas dan para peternak.
"Kita juga lakukan penyemprotan disinfektan rutin dan setiap tiga bulan divaksinasi juga diambil darahnya sebagai sampel," kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dispertan Sidoarjo, Bambang Erwanto, Kamis 14 Desember 2012. Sayang, Bambang tak tahu pasti nominal anggaran untuk mencegah wabah flu burung.
Terpisah, Ketua Petani Ternak Bebek Desa Bakung Pringgodani Kecamatan Krian, Muhammad Suudi, menuturkan wabah flu burung belum terdeteksi di daerahnya. Meski begitu, pihaknya tetap mengantisipasi serbuan virus tersebut dengan menjaga kebersihan kandang. Suudi saban bulan menjual daging bebek hingga 500 ekor di Pasar Krian. Dia juga beternak ayam kampung. Disinggung bantuan pencegahan virus H5N1 dari Pemkab Sidoarjo, Suudi mengaku bantuan itu tak pernah ada.
Pulau Jawa dan Jawa Timur memang menjadi daerah beresiko tinggi flu burung. Di Jawa Timur sendiri terdapat 3,6 juta itik yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Wilayah ini merupakan endemik flu burung. Dengan berubahnya virus flu burung, maka itik juga beresiko besar, meskipun kasus pada ayam terus menurun.
AGITA SUKMA LISTYANTI | DIANANTA P. SUMEDI
Berita terpopuler lainnya:
8 Rahasia Wanita Prancis Tetap Langsing
Kisah Banjir Besar Nuh dalam Alkitab Terbukti