TEMPO.CO, Subang - Tiga produk holtikultura petani Subang, Jawa Barat, saat ini dijadikan andalan ekspor ke berbagai negara di kawasan Asia dan Timur Tengah. "Produk buah segar yang sudah diekspor itu adalah manggis, nanas, dan rambutan," kata Kepala Seksi Holtikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Subang, Tatang Kurniadi, kepada Tempo, di kantornya, Selasa, 18 Desember 2012.
Dari tiga produk unggulan tersebut, yang paling banyak diekspor adalah manggis. "Sebab, buah manggis Subang sudah dapat ISO Prima 3," kata Tatang.
Negara tujuan ekspor buah manggis dari petani Subang baru menjangkau Hong Kong, Singapura, Abu Dhabi, Yaman, dan Arab Saudi. Ke depan, ada beberpa negara lainnya yag tengah dijajaki.
Produksi buah manggis Subang mencapai 3.000 ton per tahun. "Yang diekspor baru 30 persennya. Sisanya, masuk ke pasar-pasar modern dan tradisional dalam negeri," kata Tatang.
Saat ini, areal tanaman manggis mencapai 750 hektare, tetapi yang sudah berproduksi baru 450 hektare. Sisanya, merupakan tanaman peremajaan pada 2009 dan baru bisa berproduksi dalam tiga tahun ke depan.
Tasrif, petani manggis, mengatakan harga jual manggis untuk ekspor mencapai Rp 18 ribu per kilogramnya. "Harganya cukup stabil dan menguntungkan," ujarnya.
Adapun manggis yang dijual ke pasar swalayan per kilogramnya dibanderol seharga Rp 15 ribu dan di pasar-pasar tradisional hanya Rp 7.000-Rp 8.000 per kilogram.
Bupati Subang, Ojang Sohandi, meminta Dinas Pertanian Tanaman Pangan untuk membina petani holtikultura secara profesional, agar semua produk unggulan Subang bisa menembus pasar ekspor. "Jangan cuma buah manggis, buah nanas sebagai produk buah khas Subang serta rambutan, juga harus masuk pasar ekspor secara lebih terbuka," ujar Ojang.
Adapun ekspor nanas masih terkendala oleh kapasitas produksi. Korea Selatan, misalnya, permintaan ekspornya mencapai 150 ton per bulan, namun petani baru mampu menyuplai 40 hingga 60 ton nanas yang layak ekspor.
Produksi nanas Subang dari areal tanam seluas 4.500 hektare per tahun mencapai 90 ribu ton. Sebagian besar produksi habis dipesan oleh pabrik untuk dijadikan produk olahan.
Buah rambutan pasar ekspornya juga cukup terbuka lebar ke Arab, Jepang, dan Singapura. Tapi, masih terkendala berbagai persyaratan, terutama menyangkut hama dan kontaminasi pestisida.
Menurut Ojang, dari 60 ribu ton produksi buah rambutan per tahun, hanya sebagian kecil yang bisa diekspor. Itu pun dilakukan para petani melalui jalur ekspor tidak resmi.
NANANG SUTISNA
Terpopuler:
Rizal Tuntut Tempo Minta Maaf 1 Halaman Penuh
Nonton 'Habibie dan Ainun', SBY Nangis
Rizal: Kenapa Selalu Andi Mallarangeng?
Elza Tantang KPK Usut Anas Urbaningrum
SBY Akan Angkat Penghinaan Habibie di Malaysia
Kecelakaan Sukhoi Superjet-100 Disebabkan 3 Faktor
Todung Bela Gambar Sampul Majalah Tempo
Todung Mulya Berkicau Soal Tempo Vs Rizal
Andi Mallarangeng Tak Tahu Dutasari Terkait Anas
Asal Tak Korup, Nasdem Tertarik Gandeng Demokrat