TEMPO.CO, Jakarta - Ikatan Auditor Teknologi Indonesia (IATI) meminta pihak pengelola Bandara Soekarno-Hatta, yakni PT Angkasa Pura II, untuk secara rutin memantau kinerja para pegawai, terutama yang bertugas di air traffic controller (ATC) bandara. Komponen pendukung kelengkapan penerbangan pun wajib dicek secara berkala.
"Ini sangat perlu karena berkaitan dengan tingkat keselamatan," kata Wakil IATI Hari Nugroho di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Rabu, 19 Desember 2012.
Menurut Hari, tertundanya penerbangan di Bandara Soekarno-Hatta selama kurang lebih 15 menit pada Minggu lalu bisa terjadi karena ketidaksesuaian penerapan standar operasional prosedur (SOP) kerja. "Makanya, pemahaman SOP dan peningkatan keterampilan kepada sumber daya manusia di bandara sangat diperlukan," ujarnya.
Pekik Argodahono, dosen Institut Teknologi Bandung, menegaskan tertundanya penerbangan tersebut bukan disebabkan oleh berkurangnya pasokan listrik dari PT PLN, melainkan karena terbakarnya kapasitor pada salah satu unitteruptible power supply (UPS). Dengan demikian, kata Pekik, beban yang akan dipindahkan ke UPS lainnya, tidak bisa bergerak secara otomatis. "Akhirnya dilakukan perpindahan manual yang membutuhkan waktu selama 15 menit," ujarnya.
Pekik menduga penyebab kerusakan adalah faktor usia UPS yang dianggap sudah tidak mampu mendukung sistem penerbangan. Namun, menurut dia, UPS tersebut sudah diganti dengan UPS baru. "Namun, UPS itu bukan diperuntukkan bagi bandara Soekarno-Hatta. Untuk sementara kami gunakan ke situ sambil menungggu UPS yang baru datang Januari tahun depan," kata Pekik.
Widri, dari pusat teknologi dan informasi IATI, menilai UPS adalah komponen terkecil dalam mendukung aktivitas penerbangan di bandara. "Kalau radar tidak ada, kesulitan petugas hanya pada pemantauan. Tetapi jika komunikasi lancar, itu masih bisa meskipun memang sulit untuk mengatur jarak antara pesawat satu dengan yang lainnya," katanya.
Arya Rezavidi, anggota IATI, menganggap permasalahan di Bandara Soekarno-Hatta kemarin adalah persoalan sangat serius. Untuk itu, dia meminta agar SOP serta mekanisme operasional, dan fasilitas pengamanan penerbangan diperhatikan dengan serius. "Kami tidak ingin seperti adanya temuan Pak Dahlan Iskan (Menteri BUMN) saat melakukan operasi di bandara beberapa waktu lalu, yakni ada petugas yang merokok dan melanggar SOP itu," tutur Arya.
IRFAN ABDUL GANI