TEMPO.CO, Jakarta - Markas Besar Kepolisian RI berencana menggelar operasi terpadu untuk mengatasi aksi teror di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Operasi terpadu ini akan melibatkan Kepolisian, Tentara Nasional Indonesia, intelijen, pemerintah daerah, dan masyarakat.
"Agar pengelolaan keamanan di Poso bisa lebih efektif lagi," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, Kamis, 3 Januari 2012.
Baca Juga:
Boy mengatakan operasi terpadu tersebut akan dipimpin oleh Kepolisian. Bentuknya, bukan hanya berupa operasi penegakan hukum. Melainkan juga, operasi penyadaran dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
"Karena masing-masing pihak memiliki program, kami akan mensinergikan program-program tersebut," kata Boy.
Menurut dia, partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan karena aksi teror di Poso lebih banyak dilakukan oleh pendatang. Merekalah yang mengajak dan mempengaruhi masyarakat setempat untuk melakukan aksi teror dan memicu terjadinya konflik horizontal di masyarakat.
"Kami ingin masyarakat memiliki daya tangkal terhadap aksi teror tersebut," kata dia.
Selama 2012, terjadi serentetan teror di Poso, mulai dari peledakan bom, penembakan sampai penculikan polisi. Sasaran teror bukan saja masyarakat tetapi juga personel polisi. Tercatat enam anggota polisi tewas.
Boy belum menyebutkan jadwal pelaksanaan operasi terpadu tersebut. Dia mengatakan Kepolisian sedang mengkoordinasikannya dengan semua pihak.
Kunjungan Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo ke Poso pada Selasa lalu, kata Boy, juga merupakan bagian dari koordinasi tersebut. Di Poso, Timur bertemu dengan pemerintah daerah, pemuka masyarakat dan tokoh agama.
"Pertemuan itu bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya upaya secara terpadu antara masyarakat dan aparat dalam mengatasi aksi teror," kata Boy.
RUSMAN PARAQBUEQ