TEMPO.CO, Magelang - Sebanyak 20 seniman Magelang mengibarkan bendera setengah tiang di Museum H. Widayat, Magelang, Jawa Tengah, sebagai bentuk keprihatinan terhadap hilangnya 141 lukisan koleksi museum. "Bendera warna hitam dikibarkan setengah tiang sebagai simbol kesedihan dan keprihatinan," kata Ketua Komunitas Seni Borobudur Indonesia (KSBI) Umar Chusaeni, kemarin.
Puluhan seniman berbaju hitam menggelar doa bersama di depan pintu museum, dipimpin K.H. Ali Munawar. Selain itu, sastrawan Magelang, E.S. Wibowo, membacakan puisi sebagai bentuk solidaritas.
Umar mengatakan, seniman prihatin dengan hilangnya ratusan lukisan museum Widayat karena sang maestro menjadi sumber inspirasi seniman dan masyarakat. "Ke mana lagi para seniman muda belajar seni rupa kalau lukisan itu hilang. Ini berhubungan dengan masa depan seni rupa," katanya.
Menurut dia, seniman berharap kasus hilangnya ratusan lukisan menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah. Museum ini penting dan berpengaruh karena menjadi bagian dari roh Candi Borobudur. Ia mengatakan, banyak turis asing mampir ke museum setelah berkunjung ke Borobudur. "Apa pun alasannya di balik kasus ini, lukisan harus diselamatkan sebagai aset bangsa," katanya.
Penasihat KSBI, Deddy Paw, mengatakan, hilangnya lukisan berdampak pada keberlangsungan kegiatan pariwisata di Magelang. Museum yang terletak di Jalan Letnan Tukiyat Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, ini selama 19 tahun telah menjadi magnet bagi turis asing. “Kalau karya Pak Widayat tidak kembali, wisatawan tidak bisa melihat lagi. Kondisi ini memprihatinkan,” katanya.
Sebelumnya, sejumlah kolektor, seniman, dan Balai Konservasi Borobudur mendatangi Museum H. Widayat sebagai bentuk keprihatinan karena 141 lukisan maestro itu hilang. “Museum Widayat jadi aset nasional dan kebanggaan. Kini, tembok museum jadi kosong karena lukisan hilang. Ini mengenaskan,” kata kolektor lukisan Oei Hong Djien, Sabtu pekan lalu.
SHINTA MAHARANI