TEMPO.CO, Jakarta -Isak tangis keluarga mengiringi keberangkatan narapidana kasus korupsi Jawa Timur di Stasiun Gubeng, Surabaya, Rabu, 16 Januari 2013. Sejak pagi, puluhan keluarga ini sudah menanti di area Stasiun Gubeng. Ada yang membawa bingkisan berupa pakaian dan ada juga yang membawa makanan.
"Sebanyak 30 narapidana dikirim ke Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin di Bandung, Jawa Barat, dengan menumpang Kereta Api Argo Wilis yang berangkat dari Stasiun Gubeng Surabaya," kata Kepala Hubungan Masyarakat PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional VIII Surabaya. Sejak Januari lalu, Lapas Sukamiskin ditetapkan sebagai lembaga permasyarakat untuk kasus korupsi sejak akhir Desember lalu.
Rombongan narapidana ini dinaikkan ke barisan gerbong 5 atau gerbong terakhir dari rangkaian kereta api. Sejumlah 13 orang petugas gabungan dari kepolisian, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia wilayah Jawa Timur.
Juru bicara Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Wilayah Jawa Timur, Priyambodo Ari Wibowo, mengatakan pemberangkatan narapidana tersebut dilakukan setelah selesai urusan administrasi dan koordinasi pengajuan pengawalan dari Polda Jatim."Hari ini kami berangkatkan 30 koruptor. Sedianya kami berangkatkan 33 orang, tapi tiga yang lain masih bermasalah,” kata Priyambodo. Dua narapidana masih berstatus sebagai saksi dalam perkara lain, sedangkan satu narapidana lainnya sakit.
Dari 30 tahanan, tampak mantan Direktur Utama PD Pasar Surya Surabaya, Sucipto. Untuk menghindari sorotan kamera, wajah Sucipto ditutupi dengan kaos yang dipakainya. Dia sempat diperingatkan petugas. "Pak, awas jatuh," kata petugas tahanan ini ke Sucipto.
Dengan menggunakan seragam tahanan berupa kaos oblong warna biru bertuliskan Warga Binaan Klas I Surabaya dengan kedua tangan diborgol, mereka berangkat menuju Stasiun Kereta Api Gubeng Surabaya. Bus keluar dari pintu sebelah kiri pintu gerbang Lapas Kelas I Surabaya di Porong. Di depan bus, sebuah mobil sedan patroli dengan sirine meraung mengawal bus berwarna biru tua itu. Di belakang bus, tampak sebuah minibus dengan penumpang berseragam lapas.
SONY WIGNYA WIBAWA