TEMPO.CO, Jakarta - Satu orang utan berjenis kelamin jantan mati di Kebun Binatang Punti Kayu di Palembang, Sumatera Selatan, pekan lalu. Lembaga konservasi orang utan, Centre for Orangutan Protection (COP), mendesak kebun binatang untuk bertanggung jawab atas kematian orang utan berusia sekitar 15 tahun itu.
"Pengelolaan buruk menjadi penyebab satwa mati," kata Daniek Hendarto, koordinator Program Konservasi Ex-Situ COP, dalam siaran persnya, Rabu, 6 Februari 2013.
Baca Juga:
Virang, nama orang utan nahas tersebut, mati karena sakit. Daniek menduga absennya fasilitas kesehatan di Punti Kayu menyebabkan pengelola tidak mengetahui ada satwa yang sakit. Ditambah kondisi kandang yang buruk, penuh sampah, dan terlalu dekat dengan pengunjung. "Ini menjadi sumber segala penyakit," ujarnya.
Untuk mencegah terulangnya kejadian serupa, COP meminta Kementerian Kehutanan untuk segera menutup Punti Kayu. Mereka juga meminta seluruh satwa yang tinggal di dalamnya segera dievakuasi, antara lain lima beruang madu, satu owa, tiga siamang, dua gajah, dan sekitar 25 jenis satwa liar lainnya.
Daniek menilai pengelola Punti Kayu tidak memiliki kapasitas teknis memadai untuk mengelola satwa liar di luar habitat alaminya. Ini menyebabkan seluruh satwa liar di dalamnya dipelihara dalam kondisi buruk. "Kebun binatang tersebut ilegal, pengelolanya tidak memiliki izin sebagai lembaga konservasi eks-situ," kata dia.
Daniek memimpin tim APE Warrior menjalankan program Sumatra Mission. Tim mengitari Sumatera selama 30 hari untuk menggalang dukungan publik guna memerangi perburuan dan perdagangan satwa liar. Dukungan publik menjadi penting karena sebagian besar satwa liar di kebun binatang merupakan sumbangan dari masyarakat.
Satwa-satwa tersebut, yang merupakan korban perburuan dan perdagangan, akan mati sia-sia di kebun binatang yang buruk seperti Punti Kayu. "Masyarakat dapat menghentikan siklus kejam ini dengan tidak membeli satwa liar," kata Daniek.
MAHARDIKA SATRIA HADI
Baca juga:
Maharani Buka-bukaan Soal Kasus Sapi
Le Meridien Pastikan Maharani Ditangkap di Kamar
Terima Rp 10 Juta, Maharani: Saya Enggak Munafik
Luthi Hasan Akhirnya Mengaku Kenal Ahmad Fathanah