TEMPO.CO, Yogyakarta - Di sela kunjungannya di Yogyakarta untuk konsolidasi partainya, Presiden PKS Anis Matta juga mengisi kegiatannya menjadi khatib khutbah Jumat di Masjid Kampus Universitas Negeri Yogyakarta pada Jumat, 8 Februari 2013. Topik khutbah yang dibahas oleh Anis pun tak jauh dari statusnya ketua partai, yakni soal politik.
Dia memang sama sekali tak menyinggung persoalan partainya dalam khutbah itu. Namun, hampir separuh isi khutbah Anis membahas tema mengenai hubungan agama dan negara. "Di kisah para nabi, banyak ilham untuk sumber inspirasi persoalan hubungan agama dan negara," kata dia.
Anis menukil tiga kisah nabi dalam Islam yang memuat cerita mengenai dinamika relasi agama dan negara. Dia mencuplik kisah Nabi Yusuf, Nabi Musa, dan Nabi Sulaiman. "Situasi yang dihadapi ketiganya berbeda, doa para nabi itu pun berbeda," kata dia.
Nabi Yusuf, misalnya, kata Anis, menggambarkan perjalanan politik berliku yang berawal dari tenggelam di dalam sumur dan berakhir di Istana. "Kisah Nabi Yusuf juga memberi contoh mengenai hubungan agama dan negara. Agama tidak menguasai negara secara penuh, tapi mewarnai semua dinamika dalam negara," kata dia.
Sedangkan kisah Nabi Musa, menurut Anis, memberikan ilham tentang hubungan agama dan negara yang diwarnai ketegangan konflik berkepanjangan. Sedangkan kisah Nabi Sulaiman menggambarkan bagaimana ketika agama berkuasa penuh dalam negara. "Masing-masing kisah ini memberikan petunjuk untuk bermacam situasi yang sedang dihadapi oleh umat Islam," ujar dia.
Sebelumnya, di tengah menghadiri acara konsolidasi kader PKS di Yogyakarta kemarin, Anis sempat menyatakan nasib partainya bisa diumpamakan seperti kisah Nabi Yusuf. Kata Anis, Nabi Yusuf baru menjelaskan ke publik ihwal jatuhnya dia ke dalam sumur setelah berada di Istana. "Ibaratnya, kami itu sekarang seperti sedang kecemplung sumur," kata Anis di Yogyakarta, pada Kamis petang, 7 Februari 2013 kemarin.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM
Baca juga
Anis Matta Sowan Cak Nun, Bicara Buku Sukarno
Anis Matta Tanggapi Desakan Yusuf Supendi ke KPK
Jenuh, Akbar Faisal Mundur dari Partai Hanura