TEMPO.CO, Jakarta - PT Petrokimia Gresik berharap pemerintah tak mengganggu rencana perseroan menjalin kerja sama pasokan gas dari Husky-CNOOC Madura Ltd. Pembahasan rencana jual-beli gas 85 juta kaki kubik per hari untuk Pabrik Amoniak-Urea II milik Petrokimia Gresik ini sudah dalam tahap final. "Jangan ganggu kontrak yang sudah siap," kata Direktur Utama Petrokimia Gresik, Hidayat Nyoman, Senin, 11 Februari 2013.
Rencananya, jika pembahasan lancar, kontrak kedua perusahaan bisa diteken bulan depan. Namun, belakangan muncul kabar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik akan mengalihkan kontrak gas ke perusahaan asing dengan alasan harga jual lebih tinggi.
Pabrik Amoniak-Urea II milik Petrokimia Gresik dijadwalkan beroperasi pada triwulan kedua 2016 di Gresik, Jawa Timur. Pabrik ini berkapasitas produksi sebesar 825 ribu ton amoniak per tahun dan 570 ribu ton urea per tahun. Salah satu bahan baku yang diperlukan adalah berupa gas bumi sebesar 85 MMSCFD. "Saya sudah melakukan pembicaraan dengan Husky-CNOOC Madura Ltd," katanya.
Menurut dia, pembahasan telah menyepakati harga jual-beli. Namun, dia enggan menyebutkan detilnya. Yang jelas, pasokan gas untuk 10 tahun dari Husky sudah terjamin, ditambah potensi tambahan hingga 30 tahun. Lebih dari itu, infrastruktur berupa pipa Pertagas dari jaringan East Java Gas System sudah terpasang dan siap mengalirkan gas.
Menurut Hidayat, bila kesepakatan itu sampai gagal gara-gara gas dari Madura diekspor dan sebaliknya Petrokimia harus mengimpor, maka biaya tambahan yang diperlukan akan membengkak. Selain harus membayar ongkos transportasi, Petrokimia juga harus membangun receiver terminal yang harganya bisa mencapai ratusan ribu dolar Amerika Serikat. "Itu sangat tidak masuk akal," ujarnya.
Hidayat juga menyatakan arti penting proyek ini bagi ketahanan pangan Indonesia. Dia menggambarkan, saat ini Petrokimia memproduksi 450 ribu ton urea, 750 ribu ton pupuk ZA, 500 ribu ton pupuk NPK dan 992 ribu pupuk organik per tahun. Untuk memproduksi semua jenis pupuk itu, pasokan amoniak yang diperlukan adalah 810 ribu ton per tahun.
Di lain pihak, pabrik Petrokimia yang sudah ada saat ini baru mampu memproduksi 440 ribu ton per tahun. Sehingga, tanpa adanya pabrik baru, 370 ribu ton amoniak masih harus diimpor setiap tahunnya dengan harga sekitar Rp 2,14 triliun (asumsi Rp 9.300/dolar AS). "Pupuk ini kan diperlukan. Jadi, tolonglah berpihak pada rakyat. Jangan jual gasnya keluar," kata Hidayat.
PINGIT ARIA
Baca juga:
Agnes Tampil di Acara Pra-Grammy
FPI Solo Desakkan Pembubaran Densus 88
Status Hukum Anas Urbaningrum Masih Menggantung
Jejak Anis Matta di Tas Ahmad Fathanah
Film Hina Nabi, Mesir Blokir Youtube Sebulan