TEMPO.CO, Jakarta--Direktur PT Abdi Rahaja Rudy Irawan mengatakan perubahan harga bajaj mengikuti pergerakan kurs rupiah terhadap US dolar. Oleh sebab itu, setiap tahun harganya senantiasa naik. "Barangnya impor dibayarnya dengan dolar," kata Rudy saat ditemui di kantornya di Jalan Panjang, Jakarta Barat, Rabu 13 Februari 2013.
Tak hanya itu, dari sisi spare part pun ada kenaikan. Salah satunya adalah harga besi yang meningkat tiap tahunnya. Jadi, menurut Rudy, kenaikan harga bajaj sulit dihindari.
Dari sisi mesin pun, bajaj menggunakan sistem Compress Natural Gas. CNG, ucapnya, merupakan jenis yang terbaik bila dibandingkan dengan LPG. "Dalam Perda diatur menggunakan CNG karena kan ingin emisi bersih."
Rudy menyebutkan harga bajaj pada 2006 sebesar Rp36,5 juta. Kemudian naik pada 2010 menjadi Rp55 juta. Sekarang harganya menjadi Rp59,4 juta dengan penambahan kapasitas mesin dari 175 cc menjadi 200 cc.
Menurut Rudy harga itu sudah sesuai dengan kualitas dari bajaj. "Bingung saya kalau pemilik mau bajaj bagus tapi harga murah." Untuk mengaasi polemic harga, Rudy menyarankan agar Pemda DKI Jakarta bisa membantu pembiayaan pemilik bajaj dengan Bank DKI misalnya. "Prospeknya bagus. Karena dari kredit lima tahun para pemilik bajaj sudah bisa lunas tiga tahun saja," ujar Rudy.
Lebih lanjut, Rudy menilai wajar bila sopir dan pemilik bajaj mengeluhkan harga yang cenderung naik. Namun bukan berarti pemilik bajaj tidak bisa mengangsur. "Bisa diangsur. Tapi kalau mau lunas kami beri potongan harga sekitar satu juta," kata Rudy.
Kemudian ia membantah bila pemilik bajaj tidak bisa menarik uang yang sudah terlanjur dibayarkan. Rudy menuturkan sudah ada 15 calon pembeli yang menarik uangnya kembali. "Kalau mau menarik uangnya lagi kami kembalikan utuh," ucap Rudy.
ADITYA BUDIMAN
Baca juga:
Didakwa 6 Tahun Penjara, Rasyid Terdiam
Jokowi Resmikan Waterway dan Koridor Baru Busway
Monorel Jakarta Dibangun Tiga Bulan Lagi
Pedagang Tolak Rencana Jokowi Perbaiki Pasar