TEMPO.CO, Lhokseumawe - Sebanyak 118 pengungsi Myammar terdampar di pesisir pantai Desa Cot Trueng, Aceh Utara, Selasa malam, 26 Februari 2013. Nelayan setempat menemukan mereka terombang-ombing di atas sebuah kapal dengan kondisi mesin mati, sekitar 150 mil dari tepi perairan Lhokseumawe.
Melihat kondisi itu, nelayan asal desa tersebut menarik manusia perahu tersebut ke daratan. "Jam delapan malam baru sampai di darat, 12 jam kami tarik dari laut," ujar Abdullah Ismail, nelayan setempat, tadi malam.
Sejumlah warga langsung membawa pengungsi yang mengaku dari suku Rohingya, suku minoritas muslim di Myanmar, tersebut ke meunasah setempat untuk diberi pertolongan darurat. Sejumlah warga memasak nasi untuk diberikan kepada pengungsi tersebut. "Kami langsung menyiapkan makanan ala kadarnya. Kami lihat mereka sudah cukup lama kelaparan," ujar Muktar Syamsah, Kepala Desa Cot Trueng.
Akibat banyaknya warga yang berkunjung melihat manusia perahu tersebut, jalan lintas Sumatera Medan-Banda Aceh di kawasan itu menjadi macet.
Alam, 28 tahun, seorang dari pengungsi Myanmar yang bisa berbahasa Melayu, mengatakan, sudah 27 hari di atas laut. Mesin boat hanya bertahan hidup selama 15 hari, sisanya mereka mengandalkan arus laut. "Kami melarikan diri dari konflik bersenjata," katanya.
Menurut dia, semula jumlah rombongan mereka pada saat pertama berlayar sebanyak 127 orang. Namun sembilan di antaranya meninggal dalam perjalanan dan menyisakan 118 orang, termasuk dua wanita dan dua anak kecil.
Albert, petugas imigrasi Lhokseumawe, mengatakan, pagi ini seluruh pengungsi Rohingya tersebut mulai dipindahkan ke tempat penampungan di kantor imigrasi lama Lhokseumawe, yang berlokasi di Punteut Lhokseumawe.
IMRAN MA
Baca juga:
Spanduk Aliansi Nasional Anti-SBY Muncul di Kediri
Pelapor Raffi Ahmad, Artis 'N'=Nikita Mirzani?
Politikus DPR Ramai-ramai Bela Anas
Gugat Cerai, Venna Melinda Masih Berharap Damai
Xavi Bisa Sejajar dengan Hierro dan Raul