TEMPO.CO, Jakarta - Video kekerasan di Poso, Sulawesi Tengah, yang baru-baru ini beredar melalui situs YouTube, diduga direkam dengan kamera telepon genggam. Kata pengamat telematika Ruby Alamsyah, resolusi video itu begitu kecil. Jadi tidak mungkin jika direkam menggunakan kamera profesional.
"Gambarnya jelek dan diambil oleh orang yang sambil berjalan-jalan di lokasi seperti itu," kata Ruby, Jumat, 8 Maret 2013.
Video berdurasi 13 menit 55 detik itu, kata Ruby, direkam dengan satu perangkat saja. Bukan gabungan film dari beberapa kamera. "Kualitas dan resolusi, dari awal hingga akhir, sama," ujarnya.
Untuk sang kamerawan, Ruby, memiliki dua dugaan: anggota polisi yang ikut menyergap atau orang lain yang berada di pihak aparat keamanan. Sebab, titik pengambilan gambar berasal dari kerumunan polisi dan kamera dapat bergerak bebas. "Tapi untuk lebih mendetail lagi, perlu dilakukan analisis forensik," kata dia.
Video kekerasan ini diunggah ke YouTube oleh situs ArrahmahChannel pada Jumat, 1 Maret 2013. Rekaman yang diduga berasal dari 2007 lalu ini berisi penganiayaan warga tertuduh teroris. Sedangkan pelakunya adalah polisi berseragam Brigade Mobil, menenteng senjata laras panjang, dan beberapa berseragam mirip Densus 88, serba hitam.
Menanggapi peredaran video ini, Kepala Kepolisian RI Jenderal Timur Pradopo menyatakan telah memeriksa anggota Densus 88 serta Brimob yang wajahnya terekam. "Sekarang anggota Brimob sudah diperiksa. Kita tunggu hasilnya nanti di peradilan," kata Timur. Cek Edisi Khusus Densus 88 di sini.
CORNILA DESYANA
Baca juga:
Video Poso Dinilai Cara Sistematis Lemahkan Densus
Pengakuan Wiwin, 'Korban' di Video Densus 88
Alasan Tokoh Agama Laporkan Video Densus ke Polri
Mau Jadi Personel Densus 88, Inilah Kualifikasinya