TEMPO.CO, Jakarta - Pelaku pasar yang khawatir dengan masalah Siprus menarik investasinya secara besar-besaran sehingga memicu pelemahan mata uang dan pasar finansial.
Krisis Siprus kembali menghadapi babak baru setelah Presiden Siprus Nicos Anastasiades menyetujui kebijakan kenaikan pajak deposito perbankan untuk menambah dana talangan.
Deposito nasabah dikenakan kenaikan 6-10 persen sesuai dengan jumlah rekening. Kebijakan ini langsung mendorong nasabah dan investor ramai-ramai menarik uangnya dari bank-bank di Siprus. Mereka takut kehilangan uangnya.
Kebijakan itu sebagai syarat bagi Siprus untuk mendapatkan bantuan internasional sekaligus menghindari kebangkrutan. "Tidak ada yang mau mengambil keputusan ini, namun ini yang terbaik dari yang terburuk," kata presiden terpilih tersebut.
Meski Anastasiades menjamin kenaikan pajak akan dikompensasi oleh pendapatan hasil migas di masa depan, nasabah memilih tetap menarik uangnya. "Dana talangan ini sifatnya memaksa nasabah, membuat mereka terlihat seperti penyumbang sukarela," kata Imre Speizer, perencana keuangan di Westpac Banking Corporation Australia.
Kebijakan yang disusun oleh Menteri Keuangan Zona Euro ini diperkirakan menghasilkan dana segar 10 miliar euro bagi penyelamatan Siprus. Masalah Siprus menyebabkan mata uang euro kembali anjlok mendekati level US$ 1,28 pada perdagangan hari ini. Ini merupakan level terendah mata uang 17 negara di tahun 2013.
Pelemahan euro kemudian berimbas pada mata uang berisiko lainnya, termasuk rupiah. Rupiah pagi ini dibuka kembali terpeleset ke kisaran 9.700 hingga 9.720 per dolar Amerika Serikat.
M. AZHAR | CNBC
Berita Lainnya:
Ahli Hukum Klaim Indonesia Perlu Pasal Santet
Kericuhan Warnai Kongres Luar Biasa PSSI
La Nyalla Jadi Wakil Ketua Umum PSSI
Polisi Tangkap Dua Perusak Kantor Tempo
Ini Dia Formula Renault Andalan Alexandra