TEMPO.CO, Surabaya - Kepala Satuan Kerja Khusus Pengendali Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Rudi Rubiandini, menilai Indonesia kekurangan tenaga ahli di bidang pengeboran minyak dan gas bumi. Rudi melihat setiap tahun Indonesia membutuhkan 100 tenaga ahli pemboran untuk mendukung industri hulu migas nasional.
“Lantaran hanya bergaji maksimal Rp 25 juta setiap bulan, banyak SDM mumpuni bidang pemboran harus lari ke luar negeri,” katanya usai menghadiri rapat koordinasi dengan tiga K3S besar Jawa Timur di Surabaya, Rabu, 20 Maret 2013.
Di luar negeri, kata Rudi, tenaga ahli pemboran asal Indonesia bergaji minimal Rp 150 juta. Tak heran jika bekas anak didiknya di ITB lebih memilih merantau ke Eropa, Amerika Serikat, dan Timur Tengah untuk sekedar mencari upah besar. "Mau bagaimana lagi? Memang gaji di sini masih kecil, kisaran Rp 15 juta-Rp 25 juta."
Tak sekedar masalah upah, Rudi melihat kerja di lapangan migas masih belum menjadi primadona sebagian anak muda Indonesia. Anak muda sekarang, cenderung memilih kerja kantoran dengan pakaian rapi, berdasi, serta dibumbui semerbak wewangian. Padahal, sebelum menjabat Kepala SKK Migas, dirinya juga menghadapi pekerjaan lapangan yang sangat keras dan mengandalkan otot serta pikiran.
Selain selera kerja, institusi pendidikan yang membuka jurusan teknis perminyakan dengan kualitas bagus juga masih jarang. Menurut Rudi, saat ini hanya ITB yang mampu mencetak lulusan teknik perminyakan dengan standar tinggi.
Ia berharap institusi pendidikan lainnya mulai tertarik dan konsentrasi pada jurusan perminyakan tanpa mengorbankan kualitasnya. "Di ITB saja, rata-rata hanya meluluskan 10 mahasiswa pertambangan setiap tahun. Ini sangat kurang," ujarnya.
Menurut Rudi, dengan didukung SDM mumpuni, target lifting minyak sebesar 900 ribu barel per hari lebih mudah dicapai. Untuk itu, ia juga mendorong K3S untuk lebih berani menggaji tenaga ahli pemboran Indonesia menyamai besaran upah di luar negeri.
Praktik yang jamak, kata Rudi, K3S cenderung mengambil tenaga kerja asing dan dipekerjakan pada lapangan migas nasional. Daripada mengambil tenaga kerja asing, Rudi menyarankan K3S memilih SDM asli Indonesia yang kemampuannya tak kalah dengan tenaga asing.
DIANANTA P. SUMEDI
Berita terpopuler
Ini Orang-orang Kepercayaan Djoko Susilo
Kisah Jenderal Djoko dan Kebun Binatang
Data Kartu Kredit Ini Dicuri untuk Belanja di AS
Ada Mayat Terikat dengan Mulut Dilakban di Bandara
Soal Malvinas, Argentina Minta Intervensi Paus
Cabut Bulu 'Brazilian Wax' Berisiko Infeksi Virus
Mobil Bertenaga Kopi Pecahkan Rekor Dunia