TEMPO.CO, Gunungkidul - Bus pariwisata milik tersangka kasus korupsi Simulator SIM Inspektur Djoko Soesilo yang berada di Kabupaten Gunung Kidul selama ini ternyata diparkirkan seenaknya di lahan pekarangan milik orang lain.
Sutami, 50 tahun, warga wilayah Logandeng, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunung Kidul, yang dapat apes karena lahan depan rumahnya dijadikan parkir lima bus pariwisata milik jenderal itu. "Saya sendiri enggak tahu kenapa bus-bus itu tiba-tiba diparkir dan dititipkan di depan rumah. Kalau titip seharusnya bayar, lha ini tidak," kata Sutami saat ditemui Tempo di kediamannya, Rabu, 20 Maret 2013.
Bus itu kini telah dibawa ke Jakarta dan diserahkan ke KPK sejak Rabu, 13 Maret 2013 lalu. Namun, Sutami menyatakan tidak protes saat lahan depan rumahnya diminta jadi lahan penitipan. Yang memintanya adalah seorang anggota polisi lalu lintas Polres Gunung Kidul Bripka Widodo. Widodo ini diketahui kerabat Sudiyono, supir pribadi Djoko Soesilo.
Sudiyono belakangan juga diketahui sebagai pemesan bus-bus Djoko Susilo itu dari sebuah karoseri di Magelang, Jawa Tengah. Sutami belakangan tahu bus tersebut dioperasikan untuk sebuah biro perjalanan, PO Cindy Trans. "Saya juga tak enak kalau protes karena ada tetangga yang jadi supir bus itu," kata Sutami, yang rumahnya sering dipakai untuk bengkel truk muatan itu.
Bus yang yang diparkir itu meliputi dua unit bus besar dengan mesin Mercedes Benz, dua microbus dengan mesin Mitsubishi, dan satu unit mobil Elf. Karena jarang dipakai jalan, kata Sutami, parkir bus itu membuat jalan lingkungan depan rumahnya yang hanya selebar enam meter selalu tampak penuh sesak. "Sekitar tiga minggu diparkir di sini, hanya keluar kalau ada trayekan," kata pria berperawakan kecil itu. Menurut Sutami, para sopir yang mengoperasikan bus-bus milik Djoko Soesilo itu dikoordinatori seorang sopir kawakan bernama Andi "Lowo."
Andi ini diketahui merupakan orang yang diminta Widodo membantu mengelola bus jika kebetulan ada trayek. Kediaman Andi sendiri tak jauh dari Sutami, masih di daerah Playen.
Namun, saat Tempo mendatangi rumahnya, pihak keluarga mengatakan Andi jarang ada di rumah. Saat coba ditelepon, Andi pun tak juga menjawab.Sutami mengatakan selama dititipkan di depan rumah bus-bus itu tak pernah tampak dirawat. "Para supirnya hanya datang pas mau memakai bus itu," kata dia.
Baru saat bus-bus itu akan disita KPK, para supir tiba-tiba datang pada malam hari usai Magrib di depan rumah Sutami. Tanpa banyak bicara, kendaraan itu semua langsung dibawa. "Katanya ke tempat Bakmi Jowo," kata dia.
Bakmi Jowo sendiri merupakan perusahaan bus antar kota dalam provinsi asal Kabupaten Gunung Kidul. Dari lokasi Bakmi Jowo inilah selanjutnya bus dibawa ke Jakarta untuk diserahkan KPK. "Supirnya dari banyak tempat. Ada dari Gunung Kidul, ada juga dari Bogor, saya lainnya tidak terlalu kenal," katanya.
Kepala Kepolisian Resor Gunung Kidul, Ajun Komisaris Besar Polisi Ichsan Amin, kepada Tempo mengatakan tidak tahu-menahu soal bus tersebut. Termasuk saat bus-bus itu dibawa ke Jakarta dan sita KPK, Amin mengatakan tidak mengetahui juga kronologisnya. "KPK tidak memberitahu kami soal penyitaan itu," katanya. Ia juga tak mengetahui perihal Widodo anak buahnya yang ikut dipasrahi mengelola bus itu.
PRIBADI WICAKSONO